5 Hari Wisata susur Sungai Mahakam dengan Kapal Wisata Privat (Kym & Glorianne, Australia), Des 2018


                Tamu di jemput di Hotel Le Grandeur, Balikpapan sekitar pukul 9.30 wita. Untuk trip ini secara khusus saya menggunakan pakaian adat kutai, Baju Cina. Namanya saja cina tapi perpaduan sebenarnya, ada pesapu motif batik sebagai ikat kepala, baju cina, celana panjang batik dengan sarung sebagai ikat pinggang. Kesan tamu biasa saja saat saya jemput, gak nyinggung baju yang saya gunakan. Well, lanjut aja langsung menuju Pelabuhan Musuem, Tenggarong. Tamu saya, Kym & Glorianne, berasal dari Australia dan sementara ini mengikuti program Volunteer di Bogor. Dapat kontak saya dari teman saya yang dulu pernah 2 kali ikut trip saya (Thanks Karen).

                Di pelabuhan kapal wisata privat sudah siap, kami loading barang dan kapal langsung gas menuju arah ulu sungai mahakam, kecepatan sih pelan saja, supaya tamu bisa menikmati pemandangan sungai mahakam beserta aktifitas yang ada.  Tujuan pertama kami adalah Kota Bangun, dan bisa dipastikan subuh besok kami baru tiba disana. Makan Siang langsung di siapkan di lantai bawah, sedangkan lantai atas adalah kamar tamu yang di lengkapi dengan matras tebal, selimut, AC, Kipas angin & Life jacket. Untuk trip ini saya menawarkan servis lebih kepada tamu, yakni membuat kopi dengan manual brewing (V60 & French Press), untuk metode Vietnam drip dan moka pot di urungkan karena memakan waktu cukup lama dan kompor tidak pas dengan bodi moka pot, alias terlalu besar. Untuk kopi saya sudah pesankan secara online di Anomali. Ada 4 single origin yang siap di seduh, jawa, flores, Toraja & Aceh Gayo. Untuk hari pertama saya buka kopi Jawa Gunung Halu, yang lebih light dengan metode French Press, dengan takaran yang strong, 1/10. Mereka senang dengan kopi yang saya buat, maklum saya gak bisa merasakan kopi yang real, karena sudah terbiasa dengan kopi susu yang pahit tapi manis. Setelah makan siang mereka santai di lantai atas, tepatnya di depan kamar yang sudah di siapkan bangku dan meja untuk santai. Malam hari sekitar pukul 19.00 wita, makan malam, kopi dan istirahat. Saya pun bisa santai menikmati taburan bintang sambil ngopi.

                Hari ke 2 : Pagi hari kami tiba di Dusun Tanah Pendah, Desa Liang, Kecamatan Kota Bangun. Sarapan pagi, kopi, dan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan Ketinting untuk mencari Lumba – lumba Air Tawar khas sungai Mahakam, Pesut Mahakam. Kami menuju arah ilir sungai mahakam & memeriksa beberapa anak sungai yang kami lewati seperti Sungai Pela, Belayan, Kedang Kepala & Kedang Rantau. Di sungai pela sempat ada penampakan, namun setelah kami tunggu tidak muncul – muncul. Lalu kami teruskan perjalanan ke sungai Belayan & Kedang Kepala, tetap nihil. Harapan terakhir kami ada di Sungai Kedang Rantau, dan Alhamdulillah kami bisa temukan, walau hanya terlihat 1 ekor pesut mahakam saat itu. Arah kembali kami mampir di Situs Kerajaan Hindu tertua yang ada di Muara Kaman Ulu, ada makam cina yang infonya dulu membantu tentara berperang dengan belanda, Situs Lesong Batu, Lembu Ngeram, Museum Kutai Martadipura dan makam tua yang bercorak Islam. Kami kembali ke kapal KM Aisya  dan meneruskan perjalanan menuju ulu Sungai Mahakam menuju Muara Muntai. Angin kencang sempat menghambat perjalanan dan kami terpaksa menepi ke sungai untuk beberapa waktu sampai angin mereda. Kami tiba di Muara Muntai sekitar pukul 21.00 wita

Susur sungai mahakam dengan ketinting

Desa Sangkuliman dengan background jembatan Abu Nawas

Aktifitas di sisi sungai mahakam

Aktifitas di sisi sungai mahakam

Sungai Kedang Rantau

Bekantan / Proboscis Monkey

Pesut Mahakam / Mahakam Dolhin / Orcaella Brevirostris

Sirip punggung pesut mahakam yang merupakan ciri khas per individu

Museum Martadipura dengan replika prasasti Yupa

Situs Batu Lembu Ngeram

Situs Lesong Batu

Darwis, andalan untuk observasi Pesut Mahakam

Aktifitas di sisi sungai mahakam

Kapal yang kami gunakan untuk menyusuri sungai mahakam, KM. Aisya

Ruang makan di KM Aisya

Kapten kapal KM. Aisya

Teras depan di atas kapal untuk bersantai

Muara Wis

Aktifitas di sisi sungai mahakam

                Hari ke 3 : Tujuan kali ini adalah Desa Dayak Benuaq untuk melihat Rumah Panjang di Desa Mancong & Tanjung Isuy yang masuk Kecamatan Jempang, Kabupaten Kutai Barat. Masih menggunakan ketinting namun beda motoris, ketinting kami melaju dengan kecepatan pelan sambil sesekali berhenti sejenak untuk memberi waktu tamu atau saya untuk mengambil gambar. Kami melintasi Danau Jempang, Desa nelayan, Jantur, Muara Ohong dan memasuki sungai kecil menuju Desa Mancong. Perjalanan memakan waktu sekitar 3 jam. Setelah desa Mancong kami kembali menuju Muara Ohong dan mengambil rute lainnya menuju Desa Tanjung Isuy. sekitar 1,5 jam kami tiba dan mengunjungi lamin Tumenggung Merta baru dengan mobil menuju Taman Budaya Patung Benuaq. Di sini kami disambut ritual penerimaan tamu dan tari – tarian khas Suku Dayak Benuaq. Setelah itu tamu saya membeli beberapa oleh – oleh seperti kain ulap doyo dan beberapa kerajinan tangan lainnya. Kami kembali ke kapal dengan kecepatan penuh supaya tidak kemalaman di jalan. Kapal lalu melanjutkan perjalanan menuju Melak, Kabupaten Kutai Barat.

Sarapan pagi di Kapal KM. Aisya

Muara Muntai

Jembatan Kayu Ulin di Muara Muntai

Menyusuri sungai mahakam dari Muara Munta dengan Ketinting yang berbeda

Kuntul Kecil / Little Eagret

Monyet Ekor Panjang / Long Tail Monkey

Blekok Sawah

Danau Jempang yang dipenuhi dengan tanaman air

Danau Jempang yang dipenuhi dengan tanaman air

Udin Kancil, andalan untuk rute ke Mancong & Tanjung Isuy dari Muara Muntai

Desa Jantur

Desa Jantur

Desa Jantur

Masjid raya di Desa Jantur

Masjid raya di Desa Jantur

Aktifitas nelayan di Danau Jempang

Aktifitas nelayan di Danau Jempang

Wildlife di Danau Jempang

Burung Dara Laut

Desa Muara Ohong

Desa Muara Ohong

Desa Muara Ohong

Burung Kuntul

Aktifitas di Desa Muara Ohong

Burung Trinil 

Kirik - kirik laut / Merops philippinus / Blue-tailed Bee-eater

Elang-ikan kepala-kelabu / Ichthyophaga ichthyaetus / Grey-headed Fish-eagle

Bekantan /Proboscis Monkey

Ular

Anak sungai kecil saat menuju Desa Mancong

Desa Perigiq

Aktifitas warga Desa Perigiq

Anak sungai kecil saat menuju Desa Mancong

Lamin Mancong

Lamin Mancong

Patung Blontang di Mancong 

Pekaka Emas / Pelargopsis capensis / Stork-billed Kingfisher

Srigunting Batu / Dicrurus paradiseus / Greater Racket-tailed Drongo

Lamin Tumenggung Merta, Tanjung Isuy

Lamin Tumenggung Merta, Tanjung Isuy

Lamin Tumenggung Merta, Tanjung Isuy

Taman Budaya Patung Benuaq, Desa Tanjung Isuy

Taman Budaya Patung Benuaq, Desa Tanjung Isuy

Ritual Penyambutan Tamu

Tari - tarian di Taman Budaya Patung Benuaq, Desa Tanjung Isuy

Tari - tarian di Taman Budaya Patung Benuaq, Desa Tanjung Isuy

Tari - tarian di Taman Budaya Patung Benuaq, Desa Tanjung Isuy

Tari - tarian di Taman Budaya Patung Benuaq, Desa Tanjung Isuy

Tari - tarian di Taman Budaya Patung Benuaq, Desa Tanjung Isuy

Tari - tarian di Taman Budaya Patung Benuaq, Desa Tanjung Isuy

Tari - tarian di Taman Budaya Patung Benuaq, Desa Tanjung Isuy

Tradisi tenun ulap doyo Taman Budaya Patung Benuaq, Desa Tanjung Isuy

Kerajinan tangan di Taman Budaya Patung Benuaq, Desa Tanjung Isuy

Glorianne & Kym


Danau Jempang
                Hari ke 4 : Pagi hari kami tiba di Melak, setelah sarapan pagi kami menuju beberapa objek wisata andalan yang ada di Kutai Barat dengan menyewa mobil. Tujuan pertama adalah Cagar Alam Padang Luway di Kecamatan Sekolaq Darat untuk melihat beragam tanaman anggrek, khususnya Angrek Hitam yang langka. Dengan ditemani ranger lokal, Pak Sumarso kami mulai memasuki kawasan hutan yang unik ini, unik karena banyak hamparan pasir putih seperti yang ada di pantai. Kami beruntung, ada beberapa bunga anggrek hitam yang baru mekar, sehingga masih fresh untuk dilihat dan di dokumentasikan. Setelah 3 hari, anggrek hitam yang mekar akan segera layu. Dari Cagar alam padang luway kami menuju Lamin Eheng yang ada di Kecamatan Barong Tongkok. Rumah panjang khas Dayak Benuaq yang lebih tradisional bisa dilihat disini, dan masih ada beberapa keluarga yang menetap. Belanja kerajinan tangan pun bisa dibeli disini atau di luar lamin. Kami meneruskan perjalanan menuju objek wisata terakhir yakni Desa Melapeh di Kecamatan Linggang Bigung. Disini kami melihat proses penyangraian kopi lokal, dan mencoba sauna tradisional Dayak Tunjung, Betimung, yang juga disebut samam oleh Suku Kutai. Sebelum betimung kami dijelaskan terlebih dahulu tentang beberapa jenis tumbuhan yang digunakan, karena tujuan betimung bermacam – macam, ada yang untuk menyegarkan badan, untuk menyembuhkan penyakit dan lain sebagainya, sehingga tumbuh – tumbuhan yang di gunakan berbeda pula. Setelah betimung kami kembali ke kapal dan meneruskan perjalanan kembali ke Tenggarong.

Kantung Semar, Cagar Alam Padang Luway

Mendokumentasikan Anggrek Hitam, Cagar Alam Padang Luway

Anggrek Hitam, Cagar Alam Padang Luway

Pak Sumarso, Ranger setempat

Lamin Eheng

Lamin Eheng

Lamin Eheng

Belanja kerajinan tangan di Eheng

Durian hunter

Mesin sangrai kopi di Desa Melapeh


Kopi Robusta, Linggang

Lamin Melapeh

Betimung, Lamin Melapeh

Betimung, Lamin Melapeh

Alat sederhana untuk Betimung

Rempah - rempah yang digunakan untuk Betimung

Lamin Melapeh

                Hari ke 5 : Pagi hari kami tiba di Tenggarong (Kapal jalan terus sejak di Melak), tujuan hari terakhir trip ini adalah mengunjungi beberapa objek wisata yang ada di Tenggarong. Tujuan pertama adalah Museum Mulawarman, lalu Museum Kayu dan terakhir Rumah Tenun Ulap Doyo “Pokant Takaq” yang ada di Jalan Mangkuraja 6, Tenggarong. Di Pokant Takaq kami bisa mengetahui lebih detil tentang Ulap Doyo dari proses pembuatan benang dari serat daun Doyo, pewarnaan hingga tenun ulap doyo. Kami juga di suguhkan tarian Dayak Benuaq lalu belanja oleh – oleh kerajinan tangan yang ada di gerai di depan workshop. Kami pamit kepada Pak Imam & Ibu Hamidah, owner Rumah Ulap Doyo Pokant Takaq lalu kembali ke kapal untuk makan siang, baru kembali meneruskan perjalanan ke Balikpapan untuk mengantarkan tamu ke Hotel Gran Senyiur. Saya pamit kepada tamu dan kembali ke rumah.

Museum Mulawarman, Tenggarong

Museum Mulawarman, Tenggarong

Museum Mulawarman, Tenggarong

Pusat oleh - oleh di Museum Mulawarman

Pusat oleh - oleh di Museum Mulawarman

Museum Kayu Tuah Himba, Tenggarong

Museum Kayu Tuah Himba, Tenggarong

Museum Kayu Tuah Himba, Tenggarong

Museum Kayu Tuah Himba, Tenggarong

Rumah Tenun Ulap Doyo, Pokant Takaq, Jl. Mangkuraja 6, Tenggarong

Proses pembuatan motif tenun ulap doyo

Tanaman Doyo

Pengambilan serat benang dari daun Doyo

Pembuatan benang doyo

Ibu Hamidah, pengelola rumah tenun ulap doyo, Pokant Takaq

Salah satu busana daerah suku Dayak Benuaq

Tarian Dayak Benuaq

Tarian Dayak Benuaq

Bersama pengurus rumah tenun ulap doyo Pokant Takaq

Gerai yang menyediakan berbagai kerajinan tangan di depan workshop Rumah tenun ulap doyo Pokant Takaq







Comments