Tamu
di jemput di Hotel Le Grandeur, Balikpapan sekitar pukul 9.30 wita. Untuk trip
ini secara khusus saya menggunakan pakaian adat kutai, Baju Cina. Namanya saja
cina tapi perpaduan sebenarnya, ada pesapu motif batik sebagai ikat kepala,
baju cina, celana panjang batik dengan sarung sebagai ikat pinggang. Kesan tamu
biasa saja saat saya jemput, gak nyinggung baju yang saya gunakan. Well, lanjut
aja langsung menuju Pelabuhan Musuem, Tenggarong. Tamu saya, Kym &
Glorianne, berasal dari Australia dan sementara ini mengikuti program Volunteer
di Bogor. Dapat kontak saya dari teman saya yang dulu pernah 2 kali ikut trip
saya (Thanks Karen).
Di
pelabuhan kapal wisata privat sudah siap, kami loading barang dan kapal
langsung gas menuju arah ulu sungai mahakam, kecepatan sih pelan saja, supaya
tamu bisa menikmati pemandangan sungai mahakam beserta aktifitas yang ada. Tujuan pertama kami adalah Kota Bangun, dan
bisa dipastikan subuh besok kami baru tiba disana. Makan Siang langsung di
siapkan di lantai bawah, sedangkan lantai atas adalah kamar tamu yang di
lengkapi dengan matras tebal, selimut, AC, Kipas angin & Life jacket. Untuk
trip ini saya menawarkan servis lebih kepada tamu, yakni membuat kopi dengan
manual brewing (V60 & French Press), untuk metode Vietnam drip dan moka pot
di urungkan karena memakan waktu cukup lama dan kompor tidak pas dengan bodi
moka pot, alias terlalu besar. Untuk kopi saya sudah pesankan secara online di
Anomali. Ada 4 single origin yang siap di seduh, jawa, flores, Toraja &
Aceh Gayo. Untuk hari pertama saya buka kopi Jawa Gunung Halu, yang lebih light
dengan metode French Press, dengan takaran yang strong, 1/10. Mereka senang
dengan kopi yang saya buat, maklum saya gak bisa merasakan kopi yang real,
karena sudah terbiasa dengan kopi susu yang pahit tapi manis. Setelah makan
siang mereka santai di lantai atas, tepatnya di depan kamar yang sudah di
siapkan bangku dan meja untuk santai. Malam hari sekitar pukul 19.00 wita,
makan malam, kopi dan istirahat. Saya pun bisa santai menikmati taburan bintang
sambil ngopi.
Hari
ke 2 : Pagi hari kami tiba di Dusun Tanah Pendah, Desa Liang, Kecamatan Kota
Bangun. Sarapan pagi, kopi, dan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan
Ketinting untuk mencari Lumba – lumba Air Tawar khas sungai Mahakam, Pesut
Mahakam. Kami menuju arah ilir sungai mahakam & memeriksa beberapa anak
sungai yang kami lewati seperti Sungai Pela, Belayan, Kedang Kepala &
Kedang Rantau. Di sungai pela sempat ada penampakan, namun setelah kami tunggu
tidak muncul – muncul. Lalu kami teruskan perjalanan ke sungai Belayan &
Kedang Kepala, tetap nihil. Harapan terakhir kami ada di Sungai Kedang Rantau,
dan Alhamdulillah kami bisa temukan, walau hanya terlihat 1 ekor pesut mahakam
saat itu. Arah kembali kami mampir di Situs Kerajaan Hindu tertua yang ada di
Muara Kaman Ulu, ada makam cina yang infonya dulu membantu tentara berperang
dengan belanda, Situs Lesong Batu, Lembu Ngeram, Museum Kutai Martadipura dan
makam tua yang bercorak Islam. Kami kembali ke kapal KM Aisya dan meneruskan perjalanan menuju ulu Sungai
Mahakam menuju Muara Muntai. Angin kencang sempat menghambat perjalanan dan
kami terpaksa menepi ke sungai untuk beberapa waktu sampai angin mereda. Kami tiba
di Muara Muntai sekitar pukul 21.00 wita
|
Susur sungai mahakam dengan ketinting |
|
Desa Sangkuliman dengan background jembatan Abu Nawas |
|
Aktifitas di sisi sungai mahakam |
|
Aktifitas di sisi sungai mahakam |
|
Sungai Kedang Rantau |
|
Bekantan / Proboscis Monkey |
|
Pesut Mahakam / Mahakam Dolhin / Orcaella Brevirostris |
|
Sirip punggung pesut mahakam yang merupakan ciri khas per individu |
|
Museum Martadipura dengan replika prasasti Yupa |
|
Situs Batu Lembu Ngeram |
|
Situs Lesong Batu |
|
Darwis, andalan untuk observasi Pesut Mahakam |
|
Aktifitas di sisi sungai mahakam |
|
Kapal yang kami gunakan untuk menyusuri sungai mahakam, KM. Aisya |
|
Ruang makan di KM Aisya |
|
Kapten kapal KM. Aisya |
|
Teras depan di atas kapal untuk bersantai |
|
Muara Wis |
|
Aktifitas di sisi sungai mahakam |
Hari
ke 3 : Tujuan kali ini adalah Desa Dayak Benuaq untuk melihat Rumah Panjang di
Desa Mancong & Tanjung Isuy yang masuk Kecamatan Jempang, Kabupaten Kutai
Barat. Masih menggunakan ketinting namun beda motoris, ketinting kami melaju
dengan kecepatan pelan sambil sesekali berhenti sejenak untuk memberi waktu
tamu atau saya untuk mengambil gambar. Kami melintasi Danau Jempang, Desa nelayan,
Jantur, Muara Ohong dan memasuki sungai kecil menuju Desa Mancong. Perjalanan
memakan waktu sekitar 3 jam. Setelah desa Mancong kami kembali menuju Muara
Ohong dan mengambil rute lainnya menuju Desa Tanjung Isuy. sekitar 1,5 jam kami
tiba dan mengunjungi lamin Tumenggung Merta baru dengan mobil menuju Taman
Budaya Patung Benuaq. Di sini kami disambut ritual penerimaan tamu dan tari –
tarian khas Suku Dayak Benuaq. Setelah itu tamu saya membeli beberapa oleh –
oleh seperti kain ulap doyo dan beberapa kerajinan tangan lainnya. Kami kembali
ke kapal dengan kecepatan penuh supaya tidak kemalaman di jalan. Kapal lalu
melanjutkan perjalanan menuju Melak, Kabupaten Kutai Barat.
|
Sarapan pagi di Kapal KM. Aisya |
|
Muara Muntai |
|
Jembatan Kayu Ulin di Muara Muntai |
|
Menyusuri sungai mahakam dari Muara Munta dengan Ketinting yang berbeda |
|
Kuntul Kecil / Little Eagret |
|
Monyet Ekor Panjang / Long Tail Monkey |
|
Blekok Sawah |
|
Danau Jempang yang dipenuhi dengan tanaman air |
|
Danau Jempang yang dipenuhi dengan tanaman air |
|
Udin Kancil, andalan untuk rute ke Mancong & Tanjung Isuy dari Muara Muntai |
|
Desa Jantur |
|
Desa Jantur |
|
Desa Jantur |
|
Masjid raya di Desa Jantur |
|
Masjid raya di Desa Jantur |
|
Aktifitas nelayan di Danau Jempang |
|
Aktifitas nelayan di Danau Jempang |
|
Wildlife di Danau Jempang |
|
Burung Dara Laut |
|
Desa Muara Ohong |
|
Desa Muara Ohong |
|
Desa Muara Ohong |
|
Burung Kuntul |
|
Aktifitas di Desa Muara Ohong |
|
Burung Trinil |
|
Kirik - kirik laut / Merops philippinus / Blue-tailed Bee-eater |
|
Elang-ikan kepala-kelabu / Ichthyophaga ichthyaetus / Grey-headed Fish-eagle |
|
Bekantan /Proboscis Monkey |
|
Ular |
|
Anak sungai kecil saat menuju Desa Mancong |
|
Desa Perigiq |
|
Aktifitas warga Desa Perigiq |
|
Anak sungai kecil saat menuju Desa Mancong |
|
Lamin Mancong |
|
Lamin Mancong |
|
Patung Blontang di Mancong |
|
Pekaka Emas / Pelargopsis capensis / Stork-billed Kingfisher |
|
Srigunting Batu / Dicrurus paradiseus / Greater Racket-tailed Drongo |
|
Lamin Tumenggung Merta, Tanjung Isuy |
|
Lamin Tumenggung Merta, Tanjung Isuy |
|
Lamin Tumenggung Merta, Tanjung Isuy |
|
Taman Budaya Patung Benuaq, Desa Tanjung Isuy |
|
Taman Budaya Patung Benuaq, Desa Tanjung Isuy |
|
Ritual Penyambutan Tamu |
|
Tari - tarian di Taman Budaya Patung Benuaq, Desa Tanjung Isuy |
|
Tari - tarian di Taman Budaya Patung Benuaq, Desa Tanjung Isuy |
|
Tari - tarian di Taman Budaya Patung Benuaq, Desa Tanjung Isuy |
|
Tari - tarian di Taman Budaya Patung Benuaq, Desa Tanjung Isuy |
|
Tari - tarian di Taman Budaya Patung Benuaq, Desa Tanjung Isuy |
|
Tari - tarian di Taman Budaya Patung Benuaq, Desa Tanjung Isuy |
|
Tari - tarian di Taman Budaya Patung Benuaq, Desa Tanjung Isuy |
|
Tradisi tenun ulap doyo Taman Budaya Patung Benuaq, Desa Tanjung Isuy |
|
Kerajinan tangan di Taman Budaya Patung Benuaq, Desa Tanjung Isuy |
|
Glorianne & Kym |
|
Danau Jempang |
Hari
ke 4 : Pagi hari kami tiba di Melak, setelah sarapan pagi kami menuju beberapa
objek wisata andalan yang ada di Kutai Barat dengan menyewa mobil. Tujuan pertama
adalah Cagar Alam Padang Luway di Kecamatan Sekolaq Darat untuk melihat beragam
tanaman anggrek, khususnya Angrek Hitam yang langka. Dengan ditemani ranger
lokal, Pak Sumarso kami mulai memasuki kawasan hutan yang unik ini, unik karena
banyak hamparan pasir putih seperti yang ada di pantai. Kami beruntung, ada
beberapa bunga anggrek hitam yang baru mekar, sehingga masih fresh untuk
dilihat dan di dokumentasikan. Setelah 3 hari, anggrek hitam yang mekar akan
segera layu. Dari Cagar alam padang luway kami menuju Lamin Eheng yang ada di
Kecamatan Barong Tongkok. Rumah panjang khas Dayak Benuaq yang lebih
tradisional bisa dilihat disini, dan masih ada beberapa keluarga yang menetap. Belanja
kerajinan tangan pun bisa dibeli disini atau di luar lamin. Kami meneruskan
perjalanan menuju objek wisata terakhir yakni Desa Melapeh di Kecamatan
Linggang Bigung. Disini kami melihat proses penyangraian kopi lokal, dan
mencoba sauna tradisional Dayak Tunjung, Betimung, yang juga disebut samam oleh
Suku Kutai. Sebelum betimung kami dijelaskan terlebih dahulu tentang beberapa
jenis tumbuhan yang digunakan, karena tujuan betimung bermacam – macam, ada
yang untuk menyegarkan badan, untuk menyembuhkan penyakit dan lain sebagainya,
sehingga tumbuh – tumbuhan yang di gunakan berbeda pula. Setelah betimung kami
kembali ke kapal dan meneruskan perjalanan kembali ke Tenggarong.
|
Kantung Semar, Cagar Alam Padang Luway |
|
Mendokumentasikan Anggrek Hitam, Cagar Alam Padang Luway |
|
Anggrek Hitam, Cagar Alam Padang Luway |
|
Pak Sumarso, Ranger setempat |
|
Lamin Eheng |
|
Lamin Eheng |
|
Lamin Eheng |
|
Belanja kerajinan tangan di Eheng |
|
Durian hunter |
|
Mesin sangrai kopi di Desa Melapeh |
|
Kopi Robusta, Linggang |
|
Lamin Melapeh |
|
Betimung, Lamin Melapeh |
|
Betimung, Lamin Melapeh |
|
Alat sederhana untuk Betimung |
|
Rempah - rempah yang digunakan untuk Betimung |
|
Lamin Melapeh |
Hari
ke 5 : Pagi hari kami tiba di Tenggarong (Kapal jalan terus sejak di Melak), tujuan
hari terakhir trip ini adalah mengunjungi beberapa objek wisata yang ada di
Tenggarong. Tujuan pertama adalah Museum Mulawarman, lalu Museum Kayu dan
terakhir Rumah Tenun Ulap Doyo “Pokant Takaq” yang ada di Jalan Mangkuraja 6,
Tenggarong. Di Pokant Takaq kami bisa mengetahui lebih detil tentang Ulap Doyo
dari proses pembuatan benang dari serat daun Doyo, pewarnaan hingga tenun ulap
doyo. Kami juga di suguhkan tarian Dayak Benuaq lalu belanja oleh – oleh kerajinan
tangan yang ada di gerai di depan workshop. Kami pamit kepada Pak Imam &
Ibu Hamidah, owner Rumah Ulap Doyo Pokant Takaq lalu kembali ke kapal untuk
makan siang, baru kembali meneruskan perjalanan ke Balikpapan untuk
mengantarkan tamu ke Hotel Gran Senyiur. Saya pamit kepada tamu dan kembali ke
rumah.
|
Museum Mulawarman, Tenggarong |
|
Museum Mulawarman, Tenggarong |
|
Museum Mulawarman, Tenggarong |
|
Pusat oleh - oleh di Museum Mulawarman |
|
Pusat oleh - oleh di Museum Mulawarman |
|
Museum Kayu Tuah Himba, Tenggarong |
|
Museum Kayu Tuah Himba, Tenggarong |
|
Museum Kayu Tuah Himba, Tenggarong |
|
Museum Kayu Tuah Himba, Tenggarong |
|
Rumah Tenun Ulap Doyo, Pokant Takaq, Jl. Mangkuraja 6, Tenggarong |
|
Proses pembuatan motif tenun ulap doyo |
|
Tanaman Doyo |
|
Pengambilan serat benang dari daun Doyo |
|
Pembuatan benang doyo |
|
Ibu Hamidah, pengelola rumah tenun ulap doyo, Pokant Takaq |
|
Salah satu busana daerah suku Dayak Benuaq |
|
Tarian Dayak Benuaq |
|
Tarian Dayak Benuaq |
|
Bersama pengurus rumah tenun ulap doyo Pokant Takaq |
|
Gerai yang menyediakan berbagai kerajinan tangan di depan workshop Rumah tenun ulap doyo Pokant Takaq |
Comments
Post a Comment