17
Juni 2014, pagi – pagi saya berangkat ke tenggarong dan langsung menuju hotel
erlyza di jalan naga untuk bertemu dengan kru dari kompas tv. Kami berangkat 15
menit lewat dari schedule dan dengan mobil bersama – sama berangkat ke kota
bangun dengan waktu tempuh 3 jam. Jalan masih tahap perbaikan saat lewat
kelurahan loa ipuh darat menuju senoni hingga simpang melak/kubar, namun lebih
mulus saat lewat simpang tebalai ke kota bangun. Sesampainya di kota bangun,
kami langsung memarkir kendaraan dan melanjutkan perjalanan dengan ketinting
dengan mesin tempel yang bertenaga 31 HP, panjang 10 m dengan lebar 1 meter
dari belakang dan semakin mengecil ke depan. Dengan 2 ketinting kami melaju
dari kota bangun ke arah muara kaman untuk mencari kemunculan pesut mahakam.
Namun baru 10 menit saat akan melintasi simpang sungai pela yang menuju ke
danau semayang saya melihat 1 ekor pesut mahakam muncul. Saya meminta ketinting
lain mengurangi kecepatan dan mematikan mesin saat sudah berada di tempat yang
aman untuk observasi. Kru kompas tv awalnya kesulitan untuk mengamati
kemunculan pesut mahakam, karena kemunculannya yang sangat singkat, hanya 1
hingga 2 detik dan menghilang lagi ke dalam sungai. Namun karena sungai pela
berhubungan langsung dengan sungai mahakam yang luas, susah memprediksi
kemunculan pesut mahakam yang muncul secara acak dan tak terduga, apalagi bagi
bayu, kameramen kompas tv. Kami pun memutuskan melanjutkan perjalanan dengan
harapan bisa bertemu lagi di lokasi yang berbeda.
Sesampainya
di muara kaman kami memutuskan untuk makan siang dulu di warung ramohan.
Posisinya yang tidak jauh dari simpang sungai mahakam dengan sungai kedang
rantau membuat kami leluasa mengamati dari warung jika ada pesut mahakam muncul
dari kejauhan sambil menyantap makan siang yang menunya khas ikan sungai
mahakam dengan bermacam – macam lalapan dan sambal yang mak nyoss.
Selesai makan
kami langsung berangkat masuk ke sungai kedang rantau yang juga masih bagian
dari cagar alam muara kaman – sedulang dengan kecepatan sedang. Airnya yang
berwarna gelap dan tenang di permukaan sungainya merupakan hal yang sangat
ideal jika kami bisa menemukan pesut mahakam disitu, pemandangannya akan lebih
baik dan jelas. Sekitar 30 menit lebih kami memasuki sungai kedang rantau,
akhirnya kami bertemu lagi dengan pesut mahakam sekitar pukul 14.10 wita saat
di simpang sungai kedang rantau yang terbelah lagi, yakni arah kiri menuju desa
tunjungan dan terhubung lagi dengan sungai kedang kepala, dan kanan menuju desa
sabintulung dan puan cepak. Pertama – tama hanya 1 ekor, namun tidak berselang
lama muncul lagi 1 ekor.
Pesut mahakam di sungai kedang rantau, muara kaman |
Pesut mahakam yang kami temui di sungai pela, desa sangkuliman |
Mereka bergerak
dengan arah yang acak susah di prediksi kemunculannya, kami hanya harus sabar
menunggu sambil mengamati gerakan pesut mahakam tersebut. Sekitar 30 menit
menunggu, akhirnya kawanan pesut mahakam lain muncul dari arah sabintulung,
mereka keluar dan timbul kepermukaan secara bersamaan dan membuat saya, dan
juga kru kompas bersorak kegirangan. Kami pun larut dalam kegembiraan dan terus
mengabadikan kemunculan pesut mahakam dengan perlengkapan yang ada, dari kamera
hp, kamera dslr hingga kamera video. Ketinting kami posisikan dengan jarak yang
aman supaya pesut mahakam tidak terganggu saat melakukan aktifitasnya saat itu.
Bagaimana supaya
kita tahu mereka tidak terganggu? Mudah! Semakin terganggu pesut mahakam akan
semakin lama menyelam dan sering merubah arah renangnya, berlawanan atau sama
dengan arus sungai saat itu. Namun saat mereka sering muncul ke permukaan,
posisi dan jarak kita aman dan dianggap tidak mengganggu pesut mahakam
tersebut. Satu hal yang pasti, pastikan mesin ketinting dalam keadaan mati atau
saat bergerak usahakan dengan kecepatan pelan dan jaga jarak jangan terlalu
dekat & jangan memotong arah. Banyak atraksi yang di lakukan pesut mahakam
saat itu, ada yang berenang di permukaan sejauh 5 meter, seolah – olah sedang
memburu ikan layaknya hiu yang sering kita tonton di natgeo wild. Ada yang
berenang sambil menghempaskan ekor, menyemburkan air dari lubang pernapasan
yang ada di atas kepalanya, dan juga berenang sambil mengangkat kepalanya agak
tinggi dari permukaan air seolah – olah mereka juga mengamati yang ada di
sekelilingnya.
15.22 wita kami
menyudahi trip tersebut, semua kru tv sudah puas melihat dan mengabadikan momen
kemunculan pesut mahakam dan kembali ke kota bangun namun mampir terlebih dahulu
desa sangkuliman untuk melihat stasiun penelitian dan edukasi pesut mahakam. Di
sungai pela kami kembali menjumpai pesut mahakam sekitar 2 ekor yang terus
muncul di depan rakit, hal ini saya manfaatkan untuk mendokumentasikan pesut
mahakam lebih banyak lagi, sedangkan kru kompas tv sudah merasa cukup saat di
lokasi sebelumnya dan memilih mengambil gambar video stasiun tersebut, dan sore
sekitar pukul 17.30 wita kami ke kota bangun dan kembali ke tenggarong.
Semoga pesut mahakam terus lestari, dan masyarakat sekitar semakin sadar dan peduli akan pentingnya bijak dalam memasang jaring / rengge supaya pesut mahakam tidak tersangkut, alangkah baiknya mengganti model penangkapan ikan yang lebih ramah dan aman dengan pesut mahakam. Semoga pemerintah dan dinas terkait juga mensupport masyarakat supaya bisa beralih ke metode yang aman bagi pesut mahakam. Amiiin…!
Anda peduli,
pesut mahakam lestari…!
jadi kangen pengen lihat pesut, yang biasa muncul di para' jamban kami di sebelang.
ReplyDelete@Edy kurniawan : Sebelang di daerah mana pak
ReplyDelete