Trip Susur Sungai Mahakam Bersama Jean Marques & Sophie (France)

Day 1 :
Jam 7 pagi bersama Henson selaku driver kami berangkat menuju bandara Sultan Aji Sulaiman di Balikpapan untuk menjemput tamu berkebangsaan Francis yang berminat untuk menyusuri sungai mahakam, terutama dalam hal tantagan menemukan pesut mahakam. Sedikit terlambat karena terhadang cuaca yang hujan, namun tamu masih terlihat berdiam pasrah di bandara. Awalnya sih ragu juga mau jemput, takut kena php. Namun tetap aja berangkat, dan optimis 100% setelah dikirimi foto ticket penerbangan, jadi bisa di cek di internet. Selepas tegur sapa kami lanjutkan perbincangan di mobil yang langsung meluncur ke arah tenggarong. Kami mampir sebentar untuk makan siang di komplek warung penjual Tahu Sumedang dan perjalanan di lanjutkan menuju Kota Bangun. Di Kota bangun kami menuju Desa Liang, dan menyeberang dengan fery, berhubung cuman bawa badan, gak bawa motor, gratis men. Henson kembali ke habitatnya dan tersisa saya dan 2 bule. Sesampainya di Seberang, baru saja kami berjalan jemputan sudah datang, Alhamdulillah dapat tumpangan dari kawan di Sangkuliman yang menjemput dengan 3 sepeda motor.
            Di sangkuliman kami menginap di rumah pamannya teman saya, (Rahma, Ana, Wahda, Anis dan saudara2 mereka lainnya) pengennya sih nginap di rumah teman tersebut, namun karena rumahnya masih ada yang bocor, kami di ungsikan ke rumah pamannya yang cuman beberapa langkah ke sebelah kanan. Sekitar pukul 5 sore, kami pun menikmati suasana di Desa Sangkuliman yang asri, tertata (kayak perumahan di kota juga cuy) sejuk dan bersih. Jean gak sabar untuk menyegarkan badan dan segera mandi, saya menyusul kemudian, istrinya juga (tapi gak mandi, nongkrong doang), dan adik – adik rahma (Eza, Fathur, Ardu, Siti dan kawan2 nya).








            Malamnya kami makan malam di rumah rahma, dan mengobrol mengenai trip esok hari, dan darwis selaku motoris yang selalu saya gunakan jasa & skillnya juga ikut serta. Sekitar pukul 22.00 jean dan istrinya pamit untuk istirahat lebih dulu, dan saya menyusul 1 jam kemudian.

Day 2 :
            Selepas sarapan pagi, kami bersiap – siap menuju dermaga untuk menaiki ketinting, namun baru berjalan beberapa langkah rahma melihat pesut mahakam melewati dermaga ke arah dalam sungai pela, saya bersyukur dalam hati, Alhamdulillah, trip paling sukses kali ini. Belum naik ketinting, belum di cari, eh pesutnya udah muncul duluan. Jackpot…!!! Kami langsung bergegas menaiki ketinting dan mengikuti pesut mahakam dengan kecepatan rendah. Kelompok yang kami lihat saat itu ada sekitar 5 ekor paling sedikit, ada 2 ekor induk yang bersama anaknya terlihat berenang berdekatan, dan induk dewasa (kemungkinan jantan) mengalihkan perhatian kami dengan arah berenang yang berbeda. Kami terus mengikuti pesut mahakam hingga memasuki danau semayang, kelompok 2 induk yang berenang bersama anaknya masing – masing terlihat mengambil sisi kiri danau yang dangkal, dan pesut dewasa tetap di muara danau semayang. Sesekali mereka bersama dan berpisah kembali, seperti itu setiap kali. Kemungkinan sang induk sedang mengajari anaknya cara berburu ikan atau sekedar mengamati lingkungan yang ada di sekitarnya. Setelah puas mengambil gambar, kami tinggalkan kelompok tersebut dan kembali ke arah luar sungai pela dan mengambil rute ke hilir sungai mahakam menuju Kecamatan Muara Kaman.




Di sungai kedang rantau, kami menemukan banyak jenis burung khas disana, seperti kingfisher, bangau, elang, dll dan belum sampai di pertigaan sungai kami menemukan kelompok pesut mahakam kembali. Alhamdulillah, kali ini kelompok pesut cukup banyak dan terlihat dari kemunculannya yang hampir bersamaan di beberapa titik, sedangkan untuk arahnya berlawanan dengan arah kami sehingga kami harus berputar arah dan mengikuti pesut mahakam tersebut. Banyak atraksi unik yang jarang saya liat sebelumnya, seperti saat pesut mahakam mengapung sehingga hanya terlihat sisi atas kepalanya saja, menyemprotkan air dari mulutnya dan untuk beberapa saat hanya terlihat dalam satu titik saja yang berada di sisi sungai paling dangkal. Jean begitu antusias dan rela panas – panasan di depan perahu sambil mengarahkan kameranya ke arah pesut mahakam. Sedangkan sophie hanya tersenyum – senyum melihat tingkah laku suaminya yang mengaku kepada saya setelah trip ini, sempat meneteskan air mata karena sudah berhasil melihat pesut mahakam untuk pertama kalinya. Selama 2 tahun dia secara khusus menyisihkan uang dari gajinya untuk mengunjungi Indonesia dan khususnya untuk melihat secara langsung pesut mahakam. Kembali ke trip disaat sudah merasa cukup puas, kelompok pesut mahakam kami tinggalkan kembali dan kami sudahi dengan ucapan say goodbye. Kali ini misi kami adalah mencari warung makan untuk mengisi perutnya yang melolong2 minta di isi. Khususnya motoris kami, darwis yang sudah kerja extra keras untuk mencari pesut mahakam dengan indra ke enamnya.

Kami mampir di muara Kaman, tepatnya dekat pelabuhan yang ada di perbatasan antara muara Kaman ulu dan ilir. Warung makan om agus kami singgahi dan memesan nasi campur dan minuman dingin. Sudah lama gak mampir kesini, dahulu waktu masih sering mancing bersama saudara, kami selalu memesan nasi bungkus di warung tersebut untuk kami bawa sebagai bekal saat memancing. Sudah selesai makan kami langsung tancap gas kembali ke Sangkuliman dan bertemu kembali dengan kelompok pesut mahakam yang berenang ke arah yang sama dengan kami. Karena dirasa sudah merasa puas melihat pesut mahakam dan waktu juga sudah menjelang sore, kami biarkan pesut mahakam tersebut berlalu dan mampir sebentar di rakit warga lokal yang di sewa pemerintah daerah untuk dijadikan stasiun pemantauan pesut mahakam. Bekerjasama dengan Universitas Tokyo dan LSM YK RASI rakit itu menyediakan banyak informasi tentang pesut mahakam, marchendise dan tentunya alat sonar yang bisa mendeteksi pesut mahakam yang melintas di depan rakit dari suara uniknya. Kebetulan Direktur Utama YK RASI, Ir. Budiono sedang berada di rakit bersama timnya untuk keperluan program pemasangan signboard di beberapa titik di sepanjang sungai pela hingga danau semayang sehingga beliau langsung yang menerangkan kepada tamu saya tentang fungsi rakit tersebut. Kami pun pamit dan kembali menuju homestay, sedangkan saya dan darwis mencoba mencari pesut mahakam tersebut kembali yang kami perkirakan masih di dalam sungai namun sampai di muara danau semayang kami tidak berhasil menemukan 1 ekor pun. Sehingga kami kembali ke dermaga dan menyudahi trip hari itu. Mumpung belum malam, mandi – mandi lagi di sungai sambil menikmati sunset. Aseek… Malam harinya, selepas makan malam kami kembali ngobrol – ngobrol sambil menghabiskan waktu dan istirahat sebelum tengah malam. Kami harus istirahat yang cukup supaya kondisi badan fit, karena besok harus menyusuri sungai mahakam kembali dengan rute yang berbeda.

Day 3 :
            Sama seperti hari sebelumnya, selepas sarapan pagi kami menyusuri sungai mahakam kembali dengan motoris yang sama dan penumpang yang sama, baju aja yang beda. Kalo masih sama, berarti belum cucian. Ha ha… oh ya, trip sebelumnya tidak hanya kami berempat, tapi ber 5, ada eza yang juga ikut sebagai pendamping setia. Hari ini kami tidak mencari pesut mahakam, namun lebih mencari kearifan lokal, aktifitas masyarakat, dan suasana yang berbeda. Mulai dari melihat peternakan kerbau kalang, aktifitas ibu – ibu yang membersihkan ikan untuk di jadikan ikan asin, proses menangkap ikan dengan menggunakan ancau, hingga makan siang di warung terapung di muara muntai. Jean dan istri beberapa kali berucap sangat senang bisa merasakan moment saat itu. Kami lalu kearah kembali dengan rute yang berbeda, yakni menyusuri anak sungai kecil yang lebarnya sekitar 15 meter dengan arus air yang deras. Di sepanjang jalan kami melihat suasana desa melintang yang seolah – olah terapung, walaupun sebenarnya mereka berdiam di dataran rendah yang ketinggiannya sama dengan tinggi air danau yang ada di sekitarnya. Melintasi Danau Melintang dan Semayang yang sangat luas juga merupakan moment yang super, terasa seperti di laut saat kita sedang berada di tengah – tengahnya. 











Kami tiba di sangkuliman cukup awal, dan beristirahat sekitar 1 jam lalu mengemas barang – barang dan pamit kepada keluarga rahma. Terima kasih atas segala kebaikan dan jamuannya dan mohon maaf karena sudah merepotkan selama kami di sana. Kami tidak langsung balik ke Balikpapan, melainkan menuju kota bangun untuk bermalam lagi, yakni di penginapan mukjizat, salah satu penginapan yang selalu saya kunjungi saat ada trip pesut mahakam bersama kawan – kawan di komunitas pesut mahakam maupun jika ada urusan yang lain. Suasana sore hari begitu di manfaatkan maksimal oleh tamu saya, layaknya sisa cokelat yang menempel di tangan yang di jilat habis. Dengan kopi gratis yang ada di penginapan kami bisa dengan leluasa membuat kopi atau teh sesuka hati, lalu menikmati suasana sore di belakang penginapan yang berhadapan langsung dengan sungai mahakam. Sore hari kami habiskan dengan ngobrol sambil ngopi. Malam harinya kami makan malam di salah satu warung di dekat penginapan, kalo gak salah namanya Depot Reihan, jean memesan soto, dengan es teh dan kopi panas sekaligus, sedangkan sophie dan saya memesan sate dengan jus buah naga & jeruk. Maknyuss… selepas itu kami kembali ke penginapan dan beristirahat. Sedangkan saya masih sibuk menyortir foto – foto saat trip untuk di expose ke media social sambil menunggu kedatangan driver kami, Henson, yang habis isya start dari tenggarong menuju kota bangun untuk mengantarkan kami ke bandara besok.




Day 4 :

            Pagi – pagi sekali kami start dari kota bangun, tanpa sempat sarapan, karena jean sedang mencoba mengejar jadwal penerbangan ke Banjarmasin. Kami baru sarapan saat di kilo 4 loa janan dan terus memanfaatkan waktu sebisa mungkin. Siang hari kami sampai di bandara dan ternyata tidak ada seat yang tersisa untuk jean dan sophie, kecuali esok hari. No problem, karena setidaknya mereka bisa bermalam di Balikpapan, dan meminta kami mengantar ke swiss bell hotel yang ada di dekat lokasi plaza yang ada disisi laut. Kami pun di jamu untuk terakhir kalinya di loby hotel dan ngobrol – ngobrol santai lalu berpisah. Satu yang pasti, jean & istri mendukung pelestarian pesut mahakam sehingga nanti anak maupun cucunya masih bisa melihat pesut mahakam saat berkunjung di Indonesia

Comments