Day 1 (4 Agustus 2016) :
Dari Samarinda kami
menuju Kota Bangun dengan menggunakan mobil bersama Pak Budiono & Elia (YK
RASI). Perjalanan cukup lancar dan tidak mengalami kendala, sekitar 1 jam dari
tenggarong kami istirahat sebentar untuk coffe break di Kilo 40 Senoni baru
menuju Kota Bangun. Kami berganti Transportasi di Desa Liang, 1 buah ketinting
menunggu kami untuk selanjutnya menyusuri sungai menuju Sungai Pela dan
berhenti di Stasiun Pemantau Pesut di Desa Sangkuliman. Kami beruntung karena
di sambut dengan kemunculan pesut mahakam di Muara SungaI Pela, setidaknya ada
5 ekor yang kami lihat saat itu. Setelah puas melihat informasi Pesut Mahakam
di Stasiun Pemantai, sekitar pukul 16.00 kami pun berangkat menuju Sungai
Kedang Rantau sedangkan tim dari YK RASI menuju Sungai Kedang Kepala. Kami
bermalam di Desa Tunjungan, Carlos & Laura saya carikan rumah warga untuk
beristirahat, sedangkan saya dan motoris perahu cukup mewah untuk bisa tidur di
perahu. Kami numpang masak, berhubung Acil yang di rakit baru datang dari
Banjarmasin, sehingga belum ada makanan yang bisa di santap. Malam hari
dihabiskan dengan bersantai & ngobrol diperahu.
|
Melihat Pesut Mahakam pertama kali bagi Tamu dari Spanyol |
|
Induk Pesut Mahakam bersama anaknya |
|
Sempur Hujan Sungai / Black-and-red Broadbill /
Cymbirhynchus macrorhynchos Gmelin |
|
Elang Ikan Kepala Kelabu / Ichthyophaga ichthyaetus / Grey Headed Fish Eagle |
|
Menyusuri Sungai Kedang Rantau |
|
Sunset di Sungai Kedang Rantau |
|
Bermalam di Perahu memberi sensasi tersendiri bagi saya |
|
Bersama Acil di Desa Tunjungan |
Day 2 (5 Agustus 2016) :
Pagi
– pagi kami lanjutkan perjalanan menuju arah balik ke Kota Bangun, banyak
atraksi satwa liar yang bisa kami lihat saat itu, dari jenis burung – burung,
primata hingga satwa langka seperti Pesut Mahakam. Puas melihat pesut mahakam
kami lanjutkan untuk sarapan pagi yang tertunda dan mengunjungi Situs Hindu
tertua di Indonesia, Situs Lesong Batu yang ada di Muara Kaman. Kami istirahat
siang di Kota Bangun sekaligus check in di Penginapan Mukjizat, sedangkan tamu
mendapat tawaran warga lokal untuk menginap di rumah warga setempat. Pukul
14.00 kami lanjutkan perjalanan ke Sungai Pela dan berjalan – jalan di kampung
Pela & Sangkuliman. Sesekali Carlos yang juga Pesulap menunjukan trik –
trik sulap yang memukau, dan menghibur warga. Sore hari kami menuju Danau
Semayang untuk melihat sunset, namun kemunculan pesut mahakam kembali menarik
perhatian kami. Sekitar pukul 18.00 kami akhiri trip hari itu dan menuju Kota
Bangun untuk beristirahat.
|
Bangau Tong tong / Lesser Adjutant / Leptoptilus javanicus |
|
Blekok Sawah / Javan pond heron / Ardeola speciosa |
|
Cangak Merah / Purple Heron / Ardea Purpurea |
|
Elang Bondol / Brahminy kite / Haliastur indus |
|
Bubut alang - alang / Centropus bengalensis / Greater coucal |
|
Bersama penjaga Museum Martadipura |
|
Lutung |
|
Desa Pela |
|
Desa Sangkuliman |
Day 3 (6 Agustus 2016) :
Pukul
9, setelah sarapan pagi kami kembali menyisiri sungai mahakam menuju hulu
mahakam. Kali ini kami tidak beruntung untuk melihat pesut mahakam, namun melihat
lebih banyak keragaman aktifitas warga hingga satwa liar lainnya seperti Monyet
Lutung hingga berang – berang. Kami juga menyempatkan mengunjungi Danau
Tempadung untuk melihat burung – burung yang sedang berburu ikan. Kami kembali
ke Muara Muntai untuk makan siang dan berjalan – jalan di kampung yang terkenal
dengan jembatan ulin terpanjang di Indonesia, bahkan mungkin asia. Kami kembali
ke Kota Bangun dengan rute yang berbeda, yakni melintasi sungai kecil menuju
Danau Melintang dan Danau Semayang hingga bermuara di Sungai Pela kembali. Desa
terakhir yang kami kunjungi adalah Desa Melintang yang merupakan kampung nelayan sehingga banyak aktifitas nelayan
yang kami lihat disini. Kami kembali ke Kota Bangun dan berganti transportasi
lagi menggunakan Mobil untuk selanjutnya menuju Desa Kedang Ipil sekitar 1,5
jam dari Kota Bangun. Kami bermalam di homestay dan malamnya beruntung untuk
bisa melihat Ritual Belian Hantu, yakni ritual untuk penyembuhan seseorang yang
sedang sakit. Kegiatan ini sudah 1 malam dilakukan, dan saat itu merupakan
malam terakhir. Kami juga bisa melihat lebih dekat dari dalam rumah namun
sebelum masuk di perciki air terlebih dahulu supaya tidak mengalami hal – hal
yang berbau mistis. Sekitar jam 23.00 kami kembali ke homestay untuk bersantai,
ngobrol dan beristirahat.
|
Bekantan / Proboscis monkey / Nasalis larvatus |
|
Layang - layang batu / Pacific swallow / Hirundo tahitica |
|
Biawak / Monitor lizard |
|
Burung Kuntul Besar / Egretta alba |
|
Muara Muntai |
|
Danau Melintang |
|
Desa Melintang |
|
Ikan Asin kualitas export |
|
Danau Semayang |
Day 4 (7 Agustus 2016) :
Pagi
hari kami luangkan waktu untuk melihat aktifitas warga setempat, ada yang pergi
ke ladang, mengambil Air dari Pohon Aren, membuat Gula Aren, membuat tusuk
sate, menjemur padi dll. Kami mengunjungi Air Terjun Kendua Raya untuk mandi
dan menyegarkan diri lalu kembali ke Pos masuk untuk membeli marchendise lokal,
yakni gelang yang terbuat dari rotan dan tanaman lainnya. Harga gelang ini 15
ribu, namun pemasangannya cukup seru dan menantang, dengan di lilit plastik
untuk berikutnya di masukan secara paksa ke pergelangan tangan. Buat yang tidak
berani bisa meminta untuk di anyam langsung di tangan, namun extra cost 10
ribu. Selain gelang ada juga cincin yang di jual seharga 5 ribu, gula merah 20 ribu,
gula semut 10 ribu serta tas anyam seharga 100 ribu. Sore hari kami kembali ke
samarinda, sebelumnya mampir sebentar di Museum dan Jembatan Repo – repo untuk
selfie dan minum jus baru kembali ke Samarinda.
|
Air Terjun Kendua Raya |
|
Laura memasang gelang anyaman rotan & kandau |
|
Salah satu cara memasukan gelang ke tangan dengan cara lama |
|
Di sela - sela kunjungan wisata, Carlos kerap menunjukan sulap yang memukau |
Comments
Post a Comment