Satu bulan sebelumnya saya sudah
mendapat pelanggan dari Jakarta yang menemukan info saya dari blog ini. Setelah
beberapa hari set plan trip akhirnya harga di setujui dan Ibu Ana DP 30% dari
biaya Guide dan transport, sedangkan untuk akomodasi di tanggung Ibu Ana
sendiri.
Day 1 (Sabtu, 13 Agustus 2016) :
Jam
7.30 saya berangkat menuju Bandara HAM Sulaiman di Balikpapan untuk menjemput
tamu dari Jakarta. Perjalanan cukup mulus dan tanpa kendala hingga di bandara.
Pesawat Batik Air ID-6258 sempat mengalami delay sekitar 1 jam, namun tidak
masalah yang penting saya sudah on time. Waktu saya manfaatkan untuk
berkeliling di bandara, dan mengambil brosur promosi wisata Kota Balikpapan di
TIC (Tourist Information Centre). Banyak gambar dayak & orang utan di sisi
bandara, namun tidak ada satu pun gambar pesut mahakam. Sebagai mascot Provinsi
Kalimantan Timur, tidak adanya gambar pesut mahakam membuat saya berpikir
Pemerintah Provinsi dan pihak Bandara tidak ada minat untuk mengenalkan pesut
mahakam ke khalayak ramai, padahal Bandara merupakan tempat yang bagus sebagai
ajang promosi. Setelah bertemu tamu di pintu kedatangan, kami menuju parkiran
untuk memuat barang dan berangkat untuk makan siang. Ibu Ana mendapat
rekomendasi dari beberapa temannya yang hoby traveling, jadi untuk urusan makan
Ibu Ana sudah menyiapkan beberapa nama. Pertama adalah RM Torani yang ada di
dekat bandara. Lokasinya yang mudah ditempuh dengan halaman parkir dan ruang
makan yang besar. Ikan bakar bandeng, udang goreng, dan kakap serta sayur toge
menjadi target dan diselesaikan dengan damai. Setelah makan siang kami menuju
KWPLH (Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup) untuk melihat Penangkaran
Beruang Madu yang juga mascot Kota Balikpapan.
Kami datang sekitar jam 14.00 dan masih banyak waktu untuk berkeliling di kawasan tersebut hingga feeding time sekitar pukul 15.00. Feeding time sudah dimulai, pemandu memberikan pengarahan sebelum pengunjung memasuki area untuk melihat Beruang Madu yang keluar dari hutan untuk mencari makan, pengunjung dilarang untuk mengeluarkan suara ribut atau berisik supaya tidak mengganggu Beruang Madu. Untuk masuk KWPLH pengunjung tidak di pungut biaya sepeser pun. Sekitar 30 menit kami meninggalkan KWPLH dan menuju Kawasan Mangrove Center di Perumahan Graha Indah, Kariangau.
Dengan menyewa kapal yang biayanya sekitar 300 ribu rupiah, kami menyusuri kawasan mangrove hingga titik akhir dan kembali ke titik awal. Kawanan Bekantan tidak banyak kami temukan karena masih terlalu siang, jika menjelang sore biasanya kita bisa melihat banyak kawanan bekantan di sisi hutan mangrove. Kami saat itu bersama 4 pengunjung lainnya, sehingga biaya bisa agak enteng karena share cost. Dari Kawasan Mangrove Center kami langsung menuju Samarinda, setelah berfoto di depan Islamic Center kami menuju Hotel Amaris.
Day 2 (Minggu, 14 Agustus 2016) :
Jam
9.00 kami mengunjungi Citra Niaga, Samarinda, untuk membeli oleh – oleh khas
Kalimantan Timur dan makan siang di Warung Makan Banjar. Desa Pampang adalah
tujuan kami berikutnya, infonya setiap hari minggu pukul 14.00 akan ada sajian
tari – tarian di sana. Di Pampang, pengunjung harus membayar tiket masuk
sebesar 15 ribu per orang. Sedangkan untuk berfoto dengan orang dayak, harus
membeli tiket tersendiri sekitar 25 ribu untuk 4 kali foto. Untuk orang dayak
yang bertelinga panjang, tidak semuanya bisa berfoto ria dengan tiket tersebut,
ada juga yang tidak menggunakan tiket, yakni langsung nego dengan yang
bersangkutan. Ibu Ana memilih nenek telinga panjang yang berusia 71 tahun, dan
untuk sekali foto harus membayar 25 ribu. Ada 10 macam tarian yang di sajikan,
Kancet Lemada Lesan (Tari pembersihan), Kancet Nyelama Sakei (Tari Selamat
Datang), Kancet Lasan Leto (Tari perwakilan Suku bersama perwakilan tamu /
pengunjung), Kancet Enggang Terbang (Perdamaian), Kancet Pemung Tawai (Tari
sehati / serempak / bersamaan), Kancet
Anyam Tali (Persatuan), Hudoq Aban & Mawe (Aban = Manik, Mawe = Topeng Kayu),
Kancet Pangpagaq (Menguji Nyali) dan terakhir ada Kancet Leleng Tari
Perpisahan. Desa Pampang sudah berdiri sejak tahun 1970, namun baru 3 tahun
menjadi Desa Budaya. Banyak pengunjung yang datang saat itu, dari turis
domestic maupun mancanegara, ada yang dari Sulawesi, Sumatera dan Jawa.
Sedangkan dari mancanegara ada 3 orang turis dari Italia.
Setelah
Desa Pampang kami menuju Kota Bangun, rencananya besok pagi kami akan menyewa
ketinting untuk mencari Pesut Mahakam. Kami menginap di Penginapan Mukjizat dan
makan malam di Warung Makan Pantai Mia.
Day 3 (Senin, 15 Agustus 2016) :
Pukul
6.00 saya sudah bangun untuk membeli sarapan pagi khas Kota Bangun, Nasi Kuning
dan beberapa jajanan tradisional. Jam 9.00 kami berangkat menuju arah ilir
sungai mahakam, yakni memasuki Sungai Kedang Rantau, Kecamatan Muara Kaman yang
juga termasuk dalam kawasan Cagar Alam Muara Kaman – Sedulang hingga Desa
Tunjungan. Sayang hari itu kami tidak beruntung menemukan Pesut Mahakam, walau
pada trip sebelumnya kami berhasil menemukan di area yang sama. Kami kembali
dan makan siang di Warung Makan Ramohan, Muara Kaman. Ibu Ana agak kaget dengan
biaya makan yang tergolong mahal di sana, lebih mahal dari pada warung makan
yang sudah didatangi sejak di Kalimantan Timur. Arah kembali kami memasuki
Sungai Pela hingga muara Danau Semayang dan kembali ke Kota Bangun.
Dari
Kota Bangun kami menuju Tenggarong untuk beristirahat, Ibu Ana memilih Hotel
Fatma yang ada di Jalan Timbau setelah berkeliling mencari tempat yang pas
sesuai selera, diantaranya Hotel Singgasana, Lesong Batu dan Grand Fatma. Makan
malam pun tidak perlu jauh – jauh, cukup di depan Hotel Fatma yang menawarkan
kuliner sea food dan beberapa menu lainnya. Kami menuju Gedung Darma Wanita
untuk bertemu dengan Tetua Adat Suku Kutai Adat Lawas dari Desa Kedang Ipil,
sedangkan Ibu Ana memilih untuk beristirahat di Hotel.
Day 4 (Senin, 16 Agustus 2016) :
Hari
terakhir kami ingin melihat Acara Ritual ERAU, salah satu kegiatan Pesta Adat
Suku Kutai yang sudah lama di selenggarakan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten
Kutai Kartanegara bersama pihak Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Selama 1 minggu akan di selenggarakan kegiatan Seni Budaya dari Suku Kutai
khususnya, dan juga ada dari Suku – suku Dayak yang ada di wilayah Kabupaten
Kutai Kartanegara. Untuk beberapa tahun belakangan di tambahkan dengan
kehadiran beberapa Negara Luar yang juga menyajikan sajian tari – tarian untuk
menghibur pengunjung ERAU. Tahun ini akan di selenggarakan pada tanggal 20 s/d
28 Agustus 2016. Walau masih lama, beberapa ritual sebelum hari H tetap bisa di
saksikan oleh umum. Kami berkesempatan melihat Ritual Beluluh Sultan di Kedaton
Kutai Kartanegara Ing Martadipura. Sesuai namanya, ritual ini bertujuan untuk
mensucikan Sultan dan Putra Mahkota dari berbagai unsur kejahatan baik yang
terlihat maupun yang gaib. Kata Beluluh dari gabungan kata Buluh yang berarti
batang bambu dan Luluh yang berarti musnah. Singgasana 3 tingkat terbuat dari
bambu akan di duduki oleh Sultan di tingkat paling atas, dan di bawah akan di
duduki Putra Mahkota. Setelah ritual para tamu akan di persilahkan untuk
menyantap hidangan yang sudah disediakan oleh pihak Kesultanan. Ibu Ana dan
suami cukup beruntung bisa menyaksikan ritual ini dan terlebih saat bisa
bersalaman & berfoto bersama Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Kami
menuju Samarinda untuk belanja oleh – oleh di Outlet Roti Durian Panglima, lalu
mampir untuk makan dan beristirahat sejenak di Warung Sumedang yang ada di
pertengahan jalan antara Balikpapan dan Samarinda / Kutai Kartanegara lalu baru
menuju Bandara.
Terima
kasih kepada Ibu Ana & Suami atas kepercayaannya menggunakan jasa saya
selaku Guide Wisata, Semoga berkenan & berkesan serta mohon maaf jika ada
kesalahan.
Jelajahi Nusantara, Singgahi Kutai Kartanegara
Comments
Post a Comment