Hudoq Pekayang 2016 (Desa Long Tuyo', Kab Mahakam Ulu 22 - 23 Oktober 2016)

Day 1 :
            Pagi – pagi saya bangun untuk persiapan ke Balikpapan, ada tamu yang harus saya guiding untuk melihat acara Hudoq Pekayang di Desa Long Tuyo’, Kecamatan Long Pahangai, Kabupaten Mahakam Ulu. Hujan deras di sertai angin kencang saat dini hari mulai berkurang saat memasuki waktu Subuh. Jam 5 jemputan saya datang dan langsung meluncur ke Balikpapan untuk jemput tamu di Bandara. Setelah bertemu dengan tamu tersebut saya bicarakan terlebih dahulu mengenai schedule plan hari itu. Sebelumnya saya sudah booking tiket pesawat Susi Air untuk penerbangan dari Bandara Temindung, Samarinda, menuju Bandara Datah Dawai, Long Nunuk, Mahakam Ulu, namun sehari sebelum D day saya dihubungi oleh orang ticketing bahwa jadwal kami tertunda 1 hari, karena factor cuaca. Saya pun menjelaskan kepada yang bersangkutan bahwa kami tidak bisa jika harus menunggu 1 hari lagi, karena jadwal kami cukup mepet, dan jika tertunda lagi, pupus sudah harapan untuk melihat acara Hudoq Pekayang yang di selenggarakan selama 2 hari saja. Jadi schedule saya rubah untuk tetap melanjutkan perjalanan namun dengan rute yang lebih lama, yakni menuju Bandara Melalan di Sendawar, Kutai Barat dari Bandara Sultan Aji Sulaiman, Balikpapan, dengan maskapai Kalstar. Semoga saat kembali uang ticket bisa saya cairkan.
            Jam 11.00 kami naik pesawat Kalstar dan perjalanan cuman sebentar, hanya 20 menit. Dibandingkan dengan jalur darat, perjalanan dari Balikpapan menuju Kutai Barat paling tidak memerlukan waktu sekitar 10 jam lebih. Pemandangan dari udara lumayan bagus saat meninggalkan Balikpapan, alur sungai Wein, hutan yang lebat, namun semakin kami kearah barat, banyak pemandangan indah yang terkikis dengan luasnya areal Kebun Sawit, dari skala kecil hingga ke skala besar. Pemandangan Danau Jempang sedikit memberi rasa tersendiri sesaat sebelum mendarat di Kutai Barat. 









Dari Bandara kami lanjutkan perjalanan menuju Tering namun sebelumnya kami mampir untuk makan siang dan belanja untuk keperluan di Mahakam Ulu, mengingat harga di sana sudah melambung tinggi karena akses dan mahalnya biaya transportasi. Sekitar pukul 4 sore kami lanjutkan perjalanan dari Tering dengan menggunakan Speed Boat, kami ketinggalan jadwal regular, jadi mau gak mau harus membayar extra untuk bisa berangkat. Perjalanan cukup lama dari biasanya karena banyak Kampar (potongan – potongan kayu yang terbawa arus sungai karena hujan lebat / air pasang), belum lagi menjemput penumpang yang speed boat nya mengalami kerusakan di bagian mesin. Kami akhirnya sampai sekitar pukul 8 malam di Long Bagun. Kami menginap di Penginapan Polewali yang desainnya unik dan khas, harganya juga terjangkau, cuma 100 ribu / kamar. Sebelum istirahat saya sempatkan santai di belakang penginapan yang berhadapan langsung dengan sungai mahakam. 









Day 2 :
            Pukul 7.30 kami sudah siap – siap untuk melanjutkan perjalanan menuju Desa Long Tuyo, masih dengan speed boat, namun dengan harga yang lebih sadis, 700 rb per orang, serta harus melewati 2 jeram / keham yang cukup ganas, yakni Jeram Udang dan Jeram Panjang. Sebelum berangkat kami mengisi daftar penumpang terlebih dahulu di Pelabuhan Long Bagun. Pemandangan sisi sungai mahakam sudah mulai berubah drastis, lebih kecil dan banyak tebing berbatu. Di jeram Udang motoris kerja ekstra keras untuk menghindari bebatuan yang tersembunyi di bawah air, jika tidak akan membahayakan penumpang karena perahu yang terbuat dari serat fiber tersebut rentan akan tubrukan keras. Setiap melewati titik yang krusial biasanya para penumpang dan abk akan berteriak keras, teriakan khas suku dayak yang biasanya kita dengar saat acara adat. Namun saat itu, bagi saya lebih dari sebuah ekspresi senang, namun juga keberanian dan syukur kepada Yang Maha Kuasa karena telah memberi izin untuk melewati zona berbahaya dengan selamat. Selepas melewati Jeram Udang kami beristirahat di Muara Nyan, biasanya untuk ngopi, dan makan siang, lalu baru melanjutkan perjalanan kembali. Abk membagikan life jacket satu persatu kepada penumpang, karena kami harus melewati 1 jeram berbahaya lagi, yakni Jeram Panjang. Sesuai namanya, jeram kali ini lebih panjang dan tetap berbahaya. Kembali teriakan terdengar di sepanjang perjalanan, saya cuman bisa pasrah & berdoa kepada Allah Subhana Wa Ta’ala. Di pertengahan jeram ada satu air terjun yang cukup besar dan menarik untuk di lihat, yakni Air Terjun Keneheq. Selepas melewati jeram panjang akhirnya Desa Long Tuyo’ mulai terlihat. Sudah banyak kerumunan warga terlihat, namun Alhamdulillah acara kedatangan Hudoq dari beberapa desa di Kecamatan Long Pahangai belum di mulai, jadi kami masih ada waktu untuk bersiap – siap.  






















            Pukul 15.00 kami menunggu kedatangan kontingen dari 12 desa yang berpartisipasi di Hudoq Pekayang di dermaga Desa Long Tuyo’. Setiap kontingen desa akan menggunakan Long Boat (Perahu panjang yang terbuat dari kayu ulin) lengkap dengan beberapa orang yang menggunakan kostum Hudoq dan busana khas masing – masing. Satu persatu long boat terlihat menghampiri dermaga dan semua rombongan yang ada turun lalu lanjut menuju lokasi acara. Saking banyaknya rombongan yang berpartisipasi, membuat banyak antrian perahu di sisi ilir sungai yang secara bergantian merapat ke rakit untuk menurunkan kontingen yang rata – rata berjumlah sekitar 20 – 30 orang. Setiap kontingen disambut oleh panitia saat menaiki tangga di dermaga, lalu di pandu menuju lapangan dimana acara pembukaan Hudoq akan di selenggarakan.















            Setelah semua kontingen terkumpul, acara pembukaan di mulai dengan pembacaan do’a, serta sambutan – sambutan. Yakni sambutan Bapak Hibau Tekwan selaku Ketua Panitia, Bapak Ngau Ajaat selaku Kepala Adat Besar Kecamatan Long Pahangai, Bapak Thomas Tekwar dan terakhir Bapak Bonifasius Belawan Geh, SH selaku Bupati Kabupaten Mahakam Ulu, sekaligus membuka secara resmi acara Hudoq Pekayang. Beberapa acara lain ada Makaan Hudoq, Metang Hudoq, Ngaraang Sapeq Bersama dan Ngaraang Hudoq / Ngaraang Aruuq (menari bersama) hingga pukul 18.00. Khusus acara terakhir ini yang paling di tunggu, karena semua kontingen akan berbaris memanjang dan menari secara perlahan mengelilingi lokasi acara. Tidak hanya kontingen, para pejabat dan warga biasa bisa ikut menari bersama, termasuk saya dan juga teman – teman lainnya.


























            

Malam harinya, sekitar pukul 22.00 acara di mulai kembali, yakni ada penampilan dari generasi muda yang tampil solo maupun berkelompok. Dari yang remaja hingga cilik, khusus untuk penari belia ini mendapatkan atensi khusus & apresiasi yang luar biasa dari para penonton, termasuk Pak Bupati yang turut hadir malam itu. Baru setelah itu acara puncak di gelar, sama seperti tadi sore, namun kali ini akan digelar semalam suntuk hingga pagi hari. Luar biasa…! Saya sempat mencoba 1 kali putaran, namun sudah membuat lutut saya bergetar, tanda sudah manula apa kurang olahraga? He he… Akhirnya saya habiskan banyak waktu untuk menonton dan mendokumentasikan dari panggung utama. Setiap jam ada beberapa penari yang istirahat dan digantikan dengan yang lain, hal seperti ini terus berlanjut, makanya Ngaraang Hudoq / Ngaraang Aruuq terus kontinyu hingga pagi. Sekitar pukul 3 dini hari, kami menyerah dan kembali ke homestay untuk beristirahat.















































Day 3 :
            Setelah mandi pagi langsung di Sungai Mahakam yang airnya gak berwarna kuning ke coklatan layaknya di daerah Kutai Barat hingga samarinda, kami luangkan waktu untuk santai di homestay. Hari terakhir di isi acara musyawarah adat, Ngaraang Hudoq / Ngaraang Aruuq (namun sebentar saja) lalu makan bersama di lamin. Semua warga tumpah ruah di lamin untuk makan bersama. Yang uniknya rombongan pejabat belum makan. Ini baru luar biasa…! Warga dulu baru pejabatnya. Jempol untuk rombongan pejabat Mahakam Ulu. Setelah makan – makan lalu persatu rombongan pamit dan meninggalkan desa Long Tuyo’ termasuk saya. Kali ini kami musti berhadapan lagi (untuk kedua kalinya) dengan 2 jeram / keham untuk bisa sampai di Ujoh Bilang. Alhamdulillah kami masih di beri kesempatan untuk melanjutkan perjalanan. Di Ujoh Bilang kami menginap di Penginapan Marisa, dan waktu yang tersisa di manfaatkan untuk berjalan – jalan di kampung Ujoh Bilang yang merupakan pusat kota Kabupaten Mahakam Ulu.









Comments