Taman
Nasional Kutai merupakan kawasan hutan hujan tropis dataran rendah yang
memiliki luas sekitar 198,629 Hektare yang mencakup 3 Kabupaten di Propinsi
Kalimantan Timur. Yakni Kabupaten Kutai Timur (80%), Kabupaten Kutai
Kartanegara (18%) dan Bontang (2%). Kawasan ini merupakan satu dari sebelas
Taman Nasional pertama yang di tetapkan di Indonesia. Pada tanggal 10 Juli 1936
di tetapkan sebagai Kawasan Konservasi bagi kehidupan liar (wildreservaat) oleh
Kesultanan Kutai dan terakhir di tetapkan oleh Pemerintah Indonesia melalui
surat Keputusan Menteri Kehutanan (Nomor
325/kpts-II/1995) tentang perubahan fungsi dan penunjukan Suaka Margasatwa
menjadi Taman Nasional Kutai.
Taman
Nasional Kutai memiliki kekayaan alam yang tinggi, lebih dari 1016 jenis
tanaman, dan 220 diantara merupakan tanaman obat / herbal. 1000 jenis terbagi
dalam beberapa bagian, seperti Ulin-Meranti-Kapur Forest, Mixed dipterocarp
Forest, Mangrove Forest, Freshwater swamp Forest, Heath Forest dan Foodplain
Forest. Untuk keberagaman jenis satwa liar, Taman Nasional Kutai memiliki
sekitar 80% jenis burung, 50% jenis mamalia, dan 11 dari 13 Primata yang ada di
Kalimantan. Salah satu satwa liar yang terkenal di Taman Nasional Kutai adalah
Orang Utan Morio (Pongo pygmaeus morio).
Taman
Nasional Kutai terdiri dari beberapa bagian area untuk Ecotourism, diantaranya
adalah : Sangkima, Prevab-Mentoko, Limestone Save, Teluk Lombok dan BPPUTK
(Bumi Pelatihan dan percontohan Usaha Tani Konservasi).
Saya sudah
lama tertarik untuk mengunjungi kawasan ini, namun baru kesampaian sekarang.
Kesempatan itu datang saat ada tawaran untuk Guiding Wisatawan Asing berkebangsaan
Swiss dari mbak Nila (www.kalimantantourguide.com) yang berada di Balikpapan.
Berhubung lokasi ini belum pernah saya datangi sebelumnya, saya banyak bertanya
kepada rekan Guide saya di HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) Kaltim, yakni
Guide dari Samarinda yang sering ke Taman Nasional Kutai, Awang Jumri. Dengan
berbekal informasi yang saya dapat tersebut, saya memberanikan diri untuk trip
pertama kalinya ke Prevab.
Day 1 :
Subuh saya berangkat dengan mobil carteran menuju Balikpapan untuk menjemput tamu
yang menginap di Fave Hotel di Jl. MT Haryono. Perjalanan cukup lancar dan
setibanya di hotel, setelah perkenalan singkat dengan tamu (Laura & Cosina)
kami langsung berangkat ke Sangatta. Perjalanan cukup lancar, namun medan di
jalan sangat menantang, banyak lubang di mana – mana dan traffic lumayan
banyak. Kami istirahat untuk makan siang di salah satu warung makan sebelum
bontang, baru melanjutkan perjalanan kembali. Selepas melewati persimpangan
Bontang – Sangatta, medan jalan yang rusak mulai bertambah parah, banyak sekali
lubang di jalan yang membuat driver kami harus berhati – hati. Bahan makanan
ini bisa di buat sendiri selama di prevab atau minta bantu dengan Ibu Zahra
(Istri dari Ranger Senior di Prevab, Pak Udin). Kami lanjutkan perjalanan ke
Desa Kabo Jaya yang lokasinya tidak jauh dari Pasar, lalu menuju Prevab dengan
menyusuri sungai kecil menggunakan ketinting warga setempat. Perjalanan singkat
ini memakan waktu sebentar saja, hanya sekitar 15 menit dari Desa Kabo Jaya.
Sesampainya di Prevab kami menuju Camp yang biasa di jadikan homestay oleh
pengunjung. Ada 2 kamar yang bisa disewa dan muat untuk 4 orang. Sehubungan
membawa tamu, kamar di serahkan kepada tamu dan guide bisa tidur di teras
depan. Kamar sendiri di isi dengan kasur lengkap dengan bantal dan kelambu. di
camp sudah ada beberapa turis asing, ada yang juga berasal dari swiss dan
sisanya dari skotlandia. Bahan makanan saya serahkan langsung ke Ibu Zahra
untuk langsung di proses sebagai santapan malam. Sambil menunggu masakan siap
waktu kami habiskan dengan ngobrol santai, kebetulan saat itu saya juga bertemu
dengan sesame Guide dari HPI Kaltim, yakni Senior Guide Di Kaltim, Om Petrus
yang walau sudah tua, masih kuat dan aktif untuk Guiding di hampir semua
wilayah di Kalimantan. Kesempatan emas ini saya manfaatkan untuk mendapatkan
informasi beberapa daerah yang belum saya datangi dan juga mendapatkan wejangan
khas senior saat ketemu junior dengan konteks yang positif serta memberi
pencerahan baru. Sesudah makan malam, petualangan langsung di mulai.
Tracking
malam hari langsung menjadi pengalaman pertama saya dan juga tamu saat itu,
dengan head lamp dan di temani ranger setempat (Pak Dasim) kami mengelilingi
kawasan Hutan Prevab untuk melihat kehidupan satwa liar di malam hari. Kami
menemukan beberapa jenis serangga, reptile, hingga burung. Diantaranya adalah
Tarantula dan Burung Raja Udang Api (Rufous Backed Kingfisher / Ceyx
erithacus), sedangkan untuk Orang Utan biasanya tidak aktif di malam hari dan
lebih menghabiskan waktunya di atas sarang. Namun saat bulan penuh / terang
bulan, Orang Utan kadang – kadang sempat terlihat beraktifitas walau tidak
seaktif saat siang hari. Tracking pendek malam itu memakan waktu sekitar 1 jam.
Kami kembali ke camp dan beristirahat.
Hujan
mengguyur kawasan Prevab sejak subuh, hal ini menunda plan kami untuk tracking
di pagi hari. Setelah sarapan kami istirahat kembali sambil menunggu hujan
reda. Sekitar pukul 10, Om Udin yang saat itu guiding tamu lain, kembali ke
camp untuk mengajak masuk ke hutan, karena mereka sudah menemukan Orang Utan
betina beserta anaknya. Berhubung sebelumnya hujan, beberapa ranger selain om udin
kembali ke kota untuk mengerjakan beberapa tugas di kantor, sehingga tidak ada
jalan lain selain kembali ke camp untuk memberi kabar dan menunjukan jalan
masuk. Sebenarnya kami berencana menunda tracking pagi dan akan meneruskan saat
hujan reda, namun di khawatirkan hujan bisa mengguyur sewaktu – waktu kembali
saat siang atau sore hari, sehingga dikhawatirkan tidak bisa menemukan orang
utan saat tracking siang / sore hari. Kami langsung bersiap – siap secepatnya
dan mengikuti Om Udin masuk kedalam hutan, sekitar 20 menit kami akhirnya
menemukan Orang Utan yang saat itu tampak santai dan terlihat tidak terganggu
akan kehadiran kami. Informasi Om Udin, Orang Utan Betina tersebut bernama
Bayur, dan anaknya yang selalu terlihat menempel di badan ibunya, berusia 1,5
tahun dan belum memiliki nama. Dari 36 Orang Utan yang pernah terlihat di
Prevab, Bayur adalah satu – satunya yang bisa di lihat secara dekat, sedangkan
yang lain agak susah di lihat karena selalu berada di ketinggian dan rimbunnya
dedaunan pohon. Kami mengamati dan mengikuti Bayur sekitar 30 menit dan saat
berada di ketinggian sehingga menghalangi pandangan kami, kami memutuskan
melanjutkan tracking dan mengunjungi Pohon Sengkuang Raksasa lalu kembali ke
Camp untuk istirahat dan makan siang. Pukul 15.15 kami lanjutkan lagi untuk
tracking, namun kali ini kami tidak beruntung untuk bisa menemukan orang utan
namun tamu tetap senang bisa berjalan – jalan di tengah hutan yang masih alami
dan mendapat banyak informasi tentang tanaman, pohon, satwa liar yang di
temukan sepanjang jalur tracking. Termasuk saat pengalaman pertama kali meminum
air yang berasal dari sejenis tumbuhan akar yang mengeluarkan air saat di
potong. Malam hari kami habiskan waktu untuk ngobrol santai sambil di temani
kopi, tamu saya sudah kelelahan sehingga tidak berminat untuk tracking malam
sesuai program yang ada. Kesempatan mendengarkan wejangan dari Ranger senior
yang sudah 30 tahun di Taman Nasional Kutai, Om Baharudin alias Om Udin.
Day 3 :
Tracking
terakhir dimulai di pagi hari, kali ini tamu sangat beruntung karena bisa
menemukan 5 ekor Orang Utan, termasuk Bayur dan anaknya. Setelah sarapan pagi
kami bersiap – siap untuk kembali ke Kabo Jaya dan meneruskan perjalanan
panjang menuju Balikpapan. Kami mampir di Budhist Centre untuk makan siang,
karena ada resto khusus untuk yang vegetarian, dan tamu saya juga dua – duanya
vegetarian. Kami juga sempat mampir di kampung bugis di jalan poros menuju
Balikpapan untuk mencicipi Durian lokal dan sampai di Fave Hotel Balikpapan
sekitar 17.15 sore.
Special
Thanks to Mbak Nila (www.kalimantantourguide.com) yang sudah mempercayakan saya
selaku tour guide untuk menghandle tamu nya. Di tunggu job selanjutnya.
Comments
Post a Comment