Day 1 : Keluarga Pak Leo
saya jemput di Hotel Harris Samarinda sekitar pukul 13.00, Beliau bersama Istri
(Ibu Stephani) dan 2 anak perempuan, Natalia & Naomi. Dari Samarinda kami menuju
Desa Liang (Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara) dengan
transportasi darat, perjalanan memakan waktu sekitar 3 jam lebih. Di Desa Liang
kami lanjut ke Jembatan Martadipura yang menghubungkan beberapa Kecamatan di
Kabupaten Kutai Kartanegara, namun sayang Jembatan yang terkoneksi dengan
Flyover yang keseluruhan mempunyai bentangan sekitar 13 km, memiliki jalan
masuk yang masih belum bagus, padahal jalan ini sangat vital karena sering
dilewati dan merupakan urat nadi perekomian warga di beberapa kecamatan yang
terhubung. Di arah sebaliknya flyover berhenti di Desa Seblimbingan, dan dari
sana informasi yang saya dapat medan jalan masih rusak parah (tanah berbatu)
hingga Tuana Tuha. Well, kami cukup di Jembatan Martadipura saja untuk melihat pemandangan sekitar sambil menunggu
matahari tenggelam, lalu melanjutkan perjalanan menuju Kota Bangun dan menginap
di Penginapan Mukjizat.
Malam harinya setelah makan malam di salah satu warung
yang ada di dekat Masjid Besar kami beristirahat untuk melepas penat dan supaya
besok hari bisa fit kembali.
Day 2 : Pagi hari saya
menuju warung tradisional untuk membeli sarapan, yakni Nasi Kuning. Tamu saya
nampak menikmati sarapan di belakang penginapan sambil melihat bentangan sungai
mahakam yang padat akan aktifitas di dalamnya. Jam 8 lewat kami mulai menyusuri
sungai mahakam dengan Ketinting berkapasitas 8 orang. Tujuan pertama kami
adalah Sungai Pela, sebelah ulu dari Kota Bangun. Kami menunggu beberapa menit
di muara sungai dan setelah tidak ada tanda – tanda Pesut Mahakam kami
memutuskan untuk memasuki Sungai Pela lebih dalam hingga muara Danau Semayang,
namun tetap saja tidak ada tanda – tanda pesut mahakam. Salah satu nelayan yang
sedang mencari ikan mengatakan kepada kami bahwa ada pesut mahakam muncul saat
subuh hari. Berarti saat ini mereka bisa saja sudah keluar sungai pela dan
menuju salah satu dari 2 arah sungai mahakam. Namun masalahnya kami harus
memutuskan arah yang tepat untuk dituju, ulu atau ilir. Ibu Stephanie
menyerahkan keputusan kepada saya & motoris. Berhubung sehari sebelumnya
motoris yang sama berhasil menemukan pesut mahakam di Sungai Kedang Rantau saya
putuskan untuk menuju ilir Sungai Mahakam.
Tepat saat akan mengecek
Muara Sungai Belayan motoris kami melihat tanda – tanda kemunculan Pesut
Mahakam. Alhamdulillah… Keluarga Pak Leo nampak bahagia & antusias
mendengar informasi tersebut lalu sibuk melihat kesemua arah untuk mencari
Pesut Mahakam, hingga akhirnya bisa melihat dengan mata sendiri Lumba – lumba
air tawar yang langka tersebut. Ada 3 ekor Pesut Mahakam yang terlihat berenang
berdekatan, 2 Dewasa dan 1 anak. Namun kemunculan mereka masih terbilang kurang
intens, namun ini wajar, mengingat induk akan lebih protektif saat ada anakan
sehingga muncul agak jauh dari perahu kami, saat kami coba dekati (dengan jarak
yang di sarankan oleh LSM yang sudah meneliti Pesut Mahakam sejak tahun 1990,
YK RASI) mereka terus menjaga jarak dan agak lama untuk muncul kepermukaan
sungai. Lokasi kemunculan mereka pun tergolong cukup jauh dari titik kemunculan
sebelumnya, kadang – kadang di sisi sungai, lalu ke tengah sungai, dan ke sisi
sungai lainnya.
Kami pun memutuskan untuk meninggalkan kelompok tersebut supaya
mereka lebih leluasa untuk meneruskan aktifitas yang sedang di lakukan,
kemungkinan mereka sedang mencari makan. Natalia & Naomi nampak mulai
merasa gerah karena cuaca yang panas dan saat ketinting tidak melaju menyebabkan
tidak ada angin yang mengurangi rasa panas. Ibu Stephanie memutuskan untuk
tidak meneruskan trip dan memilih kembali ke Sungai Pela dimana mereka mau
istirahat sebentar sambil mencoba memancing di sungai.
Kami mampir di rakit Acil Imah, yang dulunya sempat dijadikan stasiun pemantau Pesut Mahakam oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara bekerjasama dengan Universitas Tokyo Jepang dan YK RASI. Pak Leo beserta Natali & Naomi secara bergantian mulai memancing di beberapa sisi rakit. Pak Leo sempat mendapatkan ikan Puyau & Lalang namun tidak dengan Natali & Naomi yang walau sudah bersabar menunggu tarikan beberapa kali gagal mendapatkan ikan. Sekitar jam 13.00 kami kembali ke Kota Bangun dan makan siang di Penginapan. Pak Leo & Natali sempat mencoba memancing lagi di belakang penginapan namun tidak berhasil mendapatkan ikan lagi.
Kami meninggalkan Kota Bangun sekitar jam 15.00 dan mampir sebentar di
Tenggarong untuk mengunjungi salah satu murid Pak Leo yang dulu sempat bekerja
selama 8 tahun di STT (Sekolah Tinggi Teologi) Tenggarong. Lalu kami meneruskan
perjalanan menuju Balikpapan untuk mengantar Keluarga Pak Leo ke Best Inn di
Jl. MT. Haryono. Sepanjang perjalanan kami isi dengan bermain game dengan
Naomi, cukup seru sehingga perjalanan seperti tak terasa sudah berjalan jam
demi jam. Kami mampir di KM 40 untuk makan malam di Warung Tahu Sumedang lalu
menuju Best Inn di Balikpapan. Setelah barang – barang sudah di keluarkan dari
mobil, kami sempatkan foto bersama dahulu sebelum akhirnya pamit. Sangat
menyenangkan dan suatu kehormatan bisa memandu Keluarga Pak Leo yang sopan, baik
& ramah, terutama Naomi yang kalo berbicara (Bahasa Inggris) selalu
terdengar lucu dan menggemaskan.
Comments
Post a Comment