Mahakam River Trip Bersama Leo Family (Makassar, 4 s/d 5 Januari 2018)

Day 1 : Keluarga Pak Leo saya jemput di Hotel Harris Samarinda sekitar pukul 13.00, Beliau bersama Istri (Ibu Stephani) dan 2 anak perempuan, Natalia & Naomi. Dari Samarinda kami menuju Desa Liang (Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara) dengan transportasi darat, perjalanan memakan waktu sekitar 3 jam lebih. Di Desa Liang kami lanjut ke Jembatan Martadipura yang menghubungkan beberapa Kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara, namun sayang Jembatan yang terkoneksi dengan Flyover yang keseluruhan mempunyai bentangan sekitar 13 km, memiliki jalan masuk yang masih belum bagus, padahal jalan ini sangat vital karena sering dilewati dan merupakan urat nadi perekomian warga di beberapa kecamatan yang terhubung. Di arah sebaliknya flyover berhenti di Desa Seblimbingan, dan dari sana informasi yang saya dapat medan jalan masih rusak parah (tanah berbatu) hingga Tuana Tuha. Well, kami cukup di Jembatan Martadipura saja untuk  melihat pemandangan sekitar sambil menunggu matahari tenggelam, lalu melanjutkan perjalanan menuju Kota Bangun dan menginap di Penginapan Mukjizat. 





Malam harinya setelah makan malam di salah satu warung yang ada di dekat Masjid Besar kami beristirahat untuk melepas penat dan supaya besok hari bisa fit kembali.

Day 2 : Pagi hari saya menuju warung tradisional untuk membeli sarapan, yakni Nasi Kuning. Tamu saya nampak menikmati sarapan di belakang penginapan sambil melihat bentangan sungai mahakam yang padat akan aktifitas di dalamnya. Jam 8 lewat kami mulai menyusuri sungai mahakam dengan Ketinting berkapasitas 8 orang. Tujuan pertama kami adalah Sungai Pela, sebelah ulu dari Kota Bangun. Kami menunggu beberapa menit di muara sungai dan setelah tidak ada tanda – tanda Pesut Mahakam kami memutuskan untuk memasuki Sungai Pela lebih dalam hingga muara Danau Semayang, namun tetap saja tidak ada tanda – tanda pesut mahakam. Salah satu nelayan yang sedang mencari ikan mengatakan kepada kami bahwa ada pesut mahakam muncul saat subuh hari. Berarti saat ini mereka bisa saja sudah keluar sungai pela dan menuju salah satu dari 2 arah sungai mahakam. Namun masalahnya kami harus memutuskan arah yang tepat untuk dituju, ulu atau ilir. Ibu Stephanie menyerahkan keputusan kepada saya & motoris. Berhubung sehari sebelumnya motoris yang sama berhasil menemukan pesut mahakam di Sungai Kedang Rantau saya putuskan untuk menuju ilir Sungai Mahakam.


Tepat saat akan mengecek Muara Sungai Belayan motoris kami melihat tanda – tanda kemunculan Pesut Mahakam. Alhamdulillah… Keluarga Pak Leo nampak bahagia & antusias mendengar informasi tersebut lalu sibuk melihat kesemua arah untuk mencari Pesut Mahakam, hingga akhirnya bisa melihat dengan mata sendiri Lumba – lumba air tawar yang langka tersebut. Ada 3 ekor Pesut Mahakam yang terlihat berenang berdekatan, 2 Dewasa dan 1 anak. Namun kemunculan mereka masih terbilang kurang intens, namun ini wajar, mengingat induk akan lebih protektif saat ada anakan sehingga muncul agak jauh dari perahu kami, saat kami coba dekati (dengan jarak yang di sarankan oleh LSM yang sudah meneliti Pesut Mahakam sejak tahun 1990, YK RASI) mereka terus menjaga jarak dan agak lama untuk muncul kepermukaan sungai. Lokasi kemunculan mereka pun tergolong cukup jauh dari titik kemunculan sebelumnya, kadang – kadang di sisi sungai, lalu ke tengah sungai, dan ke sisi sungai lainnya. 





Kami pun memutuskan untuk meninggalkan kelompok tersebut supaya mereka lebih leluasa untuk meneruskan aktifitas yang sedang di lakukan, kemungkinan mereka sedang mencari makan. Natalia & Naomi nampak mulai merasa gerah karena cuaca yang panas dan saat ketinting tidak melaju menyebabkan tidak ada angin yang mengurangi rasa panas. Ibu Stephanie memutuskan untuk tidak meneruskan trip dan memilih kembali ke Sungai Pela dimana mereka mau istirahat sebentar sambil mencoba memancing di sungai. 

Kami mampir di rakit Acil Imah, yang dulunya sempat dijadikan stasiun pemantau Pesut Mahakam oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara bekerjasama dengan Universitas Tokyo Jepang dan YK RASI. Pak Leo beserta Natali & Naomi secara bergantian mulai memancing di beberapa sisi rakit. Pak Leo sempat mendapatkan ikan Puyau & Lalang namun tidak dengan Natali & Naomi yang walau sudah bersabar menunggu tarikan beberapa kali gagal mendapatkan ikan. Sekitar jam 13.00 kami kembali ke Kota Bangun dan makan siang di Penginapan. Pak Leo & Natali sempat mencoba memancing lagi di belakang penginapan namun tidak berhasil mendapatkan ikan lagi.





 Kami meninggalkan Kota Bangun sekitar jam 15.00 dan mampir sebentar di Tenggarong untuk mengunjungi salah satu murid Pak Leo yang dulu sempat bekerja selama 8 tahun di STT (Sekolah Tinggi Teologi) Tenggarong. Lalu kami meneruskan perjalanan menuju Balikpapan untuk mengantar Keluarga Pak Leo ke Best Inn di Jl. MT. Haryono. Sepanjang perjalanan kami isi dengan bermain game dengan Naomi, cukup seru sehingga perjalanan seperti tak terasa sudah berjalan jam demi jam. Kami mampir di KM 40 untuk makan malam di Warung Tahu Sumedang lalu menuju Best Inn di Balikpapan. Setelah barang – barang sudah di keluarkan dari mobil, kami sempatkan foto bersama dahulu sebelum akhirnya pamit. Sangat menyenangkan dan suatu kehormatan bisa memandu Keluarga Pak Leo yang sopan, baik & ramah, terutama Naomi yang kalo berbicara (Bahasa Inggris) selalu terdengar lucu dan menggemaskan. 


Comments