Day 1 :
Tamu saya jemput di Bandara Sultan
Aji Muhammad Sulaiman, Balikpapan yang tiba dengan menggunakan Pesawat Citilink
dari Jakarta. Sempat molor karena jadwal delay. Lalu perjalanan kami mulai
dengan menuju Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara. Kami singgah di
Tenggarong untuk makan malam dan sekitar pukul 21.00 akhirnya tiba di Kota
Bangun. Check in di Penginapan Mukjizat, satu – satunya penginapan langganan
saya.
Day 2 :
Setelah sarapan pagi kami memulai
petualangan dengan menyusuri sungai mahakam dengan menggunakan ketinting. Kami
menuju Sungai Pela terlebih dahulu untuk
melihat apakah ada penampakan Lumba – lumba air tawar Sungai Mahakam, Pesut
Mahakam, namun belum ada tanda – tanda penampakan. Namun aktifitas warga
sekitar membuat Aaron antusias untuk melihat lebih dekat, seperti panen ikan
dengan metode Reba, yakni semacam tempat buatan untuk ikan berkumpul dengan
menggunakan ranting / batang pohon dengan luas beragam, ada yang sekitar 1x2 meter
dan ada juga nelayan yang membuat lebih besar. Reba akan dibiarkan di sisi
sungai sekitar 2 minggu hingga 1 bulan, lalu di panen. Nelayan akan membentangkan
jaring di sekeliling reba, lalu satu – persatu ranting / batang pohon akan di
keluarkan dan merapatkan jaring hingga ikan terkumpul dan mudah di panen dengan
cara di tangkap dengan tangan kosong, serok (lokal menyebutnya Tanggok), atau
langsung di pindahkan kedalam perahu. Ada banyak ikan nila ukuran besar yang
berhasil di tangkap, baung, toman, belida, serta ikan putih (Salap, repang,
pahat, puyau, dl). Kami juga melihat metode penangkapan lainnya yang ramah
lingkungan, yakni dengan menggunakan jala (Menjala).
Perjalanan kami teruskan
menuju Sungai Belayan namun belum ada tanda – tanda dari pesut mahakam. Kami
kembali ke Kota Bangun untuk makan siang lalu menuju Muara Muntai. Sempat ada
problem dengan mesin ketinting yang kami pakai saat itu, namun bisa di atasi
dengan menggunakan ketinting lain. Tidak lama saat ketinting pengganti tiba,
keberuntungan kami belum habis, ada sekelompok kecil pesut mahakam muncul di
dekat lokasi perahu kami, arahnya menuju ilir sungai mahakam. 14:58 wita,
sesegera mungkin saat perahu pengganti tiba kami langsung mengejar kelompok
tersebut dan bertemu di sekitar wilayah desa Kedang Murung. Setidaknya ada
sekitar 4 – 5 ekor yang muncul saat itu.
Puas mendokumentasikan mamalia langka
tersebut kami putar arah dan tetap menuju ulu sungai mahakam menuju Muara Muntai.
Di Muara Muntai kami check in di Penginapan Abadi, satu – satunya penginapan
yang menyediakan fasilitas AC di kamar. Selain itu, penginapan ini memiliki
nilai plus di bandingkan dengan yang lain, diantaranya kebersihan, kerapian
& fasilitas yang di tawarkan. Pengunjung akan di siapkan handuk untuk
mandi, bonus sikat gigi, kamar mandi bersih (perlengkapan mandi sudah lengkap
tersedia), kamar bersih, rapi, free wifi dan perlengkapan dapur untuk membuat
minuman dingin maupun panas.
Day 3 :
Setelah sarapan pagi, kami jalan –
jalan dulu di Muara Muntai yang terkenal dengan bentangan Jembatan Kayu Ulin
terpanjangnya. Lalu melanjutkan perjalanan dengan menggunakan ketinting untuk
menuju Desa Tanjung Isuy. kami melewati Danau Jempang yang mongering karena
surutnya sungai mahakam. Danau seluas 15.000 Ha ini nampak terlihat luas
sepanjang mata memandang, dan tentunya dangkal. Walaupun surut, nelayan nampak
memanfaatkan momen tahunan ini dengan memasang banyak alat tangkap ikan. 10:22
wita kami melewati desa Jantur dan mampir sebentar untuk melihat aktifitas
nelayan yang membersihkan ikan untuk dibuat menjadi ikan asin.
Pukul 12:05 kami
tiba di Desa Tanjung Isuy, lalu menuju Desa Mancong dengan menyewa mobil.
Karena surutnya sungai mahakam membuat jalur ketinting menuju Mancong tidak
bisa di lewati sehingga alternative ini
merupakan salah satu nya opsi terakhir.
Perjalanan tidak lama, hanya
memakan waktu sekitar 30 menit. Di desa Mancong, kami mengunjungi Lamin / Rumah
Panjang yang juga di sebut Lou / Louu oleh Suku Dayak Benuaq setempat. Lamin
ini digunakan untuk acara adat, dan acara penting lainnya. Pertunjukan tarian
dihadirkan setelah ada permintaan tiba – tiba dari Aaron, namun tidak masalah,
masih banyak waktu untuk kami habiskan di Mancong. Prosesi di mulai dengan
pemotongan tali selamat datang yang sebelumnya di sambut dengan bahasa dayak
benuaq. Lalu satu persatu tamu di bawa ke tempat duduk. Ada 5 jenis tari –
tarian dihadirkan oleh anak – anak, dewasa, dan orang tua. Aaron & Judith
juga di ajak untuk mencoba alat berburu khas Suku Dayak, yakni Sumpit. Tarian
terakhir Aaron & Judith di ajak menari bersama dan saling mencoreng muka
dengan pupur basah sebagai ungkapan kebersamaan dan suka cita. Kami kembali ke
Tanjung Isuy dan mengunjungi beberapa Rumah Panjang khas Suku Dayak Benuaq
lainnya, serta untuk makan siang yang tertunda. Sore kami kembali ke Muara
Muntai.
Day 4 :
Hari ini kami kembali memulai
perjalanan jauh lainnya, sekitar 7 – 8 jam dari Muara Muntai menuju Bontang. Setibanya
di di bontang (16.22 wita) kami di sambut ramah oleh ibu Halimah, Ketua
Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Bontang Kuala. Barang yang banyak bisa di
angkut dengan menggunakan motor modifikasi yang di lengkapi dengan bak terbuka.
Bontang Kuala cukup unik karena kebanyakan rumah dibuat rumah panggung dengan bentangan
jembatan dari kayu ulin, sama seperti halnya di Muara Muntai. Kami menginap di
salah satu homestay yang disediakan pokdarwis setempat. Rumah yang sangat
panjang dan berada di tepi laut, kerrreeeeen… Sore hari Aaron & Judith
berjalan kaki di Bontang Kuala sambil di temani Ibu Halimah & Aminah. Saya
mau gak mau nunggu Ilsabeth & Ilyana (anak mereka) yang tidak ingin kemana
– mana dan memilih bermain HP di homestay. Malam hari kami disuguhkan makan malam
khas Bontang Kuala, udang dan kepiting goreng dengan sambal Gami Bawis. Mak
nyosss… Waktu kami habiskan dengan bercengkrama, apalagi ada Duta Pariwisata
sekaligus Mister Tourism, Trendy Valchanov datang berkunjung.
Day 5 :
Agenda hari ini adalah mengunjungi
kawasan Mangrove di Sungai Belanda. Kawasan sungai belanda di namai seperti itu
karena pada jaman perang area ini dijadikan tempat persembunyian oleh penduduk
Bontang Kuala. Perjalanan ini akan ditempuh sebentar saja dari Bontang Kuala
dengan menggunakan kapal kecil yang di lengkapi dengan life jacket. Saya sudah
melakukan reservasi sebelumnya di pengelola wisata Bontang Kuala yang juga
memiliki Tourism Information Centre (Thanks bank Zul dan tim yang sudah
melayani kami, termasuk guide kami, Joni dkk). Ibu Halimah & Aminah yang ikut
serta memberi tawaran destinasi lain kepada kami untuk snorkeling, dapat
potongan harga special. Ha ha… makasih banyak bu Halimah & Aminah,
servisnya luar biasa. Demi promosi jer… Insyaallah Aamiin, semoga banyak tamu
yang datang ke Bontang Kuala, khususnya Wisatawan Mancanegara.
Dari Sungai
Belanda kami menuju Homestay tengah laut untuk mencoba snorkeling di situ.
Homestay tengah laut ini sangat indah, karena posisinya yang ada ditengah laut
dan sangat cocok untuk rombongan, sewanya pun cukup murah untuk rombongan,
yakni Cuma 500 ribu rupiah. Selanjutnya kami menuju Pos Perikanan yang
posisinya lebih ke tengah, dan disini spot untuk snorkelingnya lebih bagus.
Aaron dan family nampak menikmati pemandangan bawah laut sambil memberi makan
ikan dengan remahan roti. Kami kembali ke bontang kuala untuk istirahat, makan
siang dan berkemas – kemas untuk melanjutkan perjalanan menuju Prevab, Taman
Nasional Kutai di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur. Terima kasih banyak atas
servisnya yang luar biasa kepada Pokdarwis Bontang Kuala (Ibu Halimah, Aminah
dkk) serta Pengelola Wisata Bontang Kuala (Zul, Joni dkk). Semoga bisa kembali
lagi dalam waktu dekat.
Kami menuju Desa Kabo Jaya dengan
menggunakan kendaraan darat sekitar 2 jam perjalanan. Pukul 16:14 wita kami
tiba di Kabo Jaya dan melanjutkan perjalanan dengan Ketinting menuju Kawasan
Prevab, sekitar 20 menit. Kami menginap di Camp Research, karena Camp untuk
tamu sudah penuh, namun untuk makan minum tetap musti jalan kaki sebentar ke
Camp Kakap. Di Camp Kakap banyak orang berkumpul, selain tamu, ada juga
kunjungan dari Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Timur dan Anggota DPRD Kab
Kutim. Setidaknya saya bertemu 3 guide saat itu, semua berasal dari HPI (Himpunan
Pramuwisata Indonesia) DPD Provinsi Kalimantan Timur, Pak Rusdi (Ketua HPI DPD Kaltim),
Awang Jumri (Ketua Biro Organisasi, HPI DPD Kaltim) dan Om Rustam (Ketua HPI
DPC Samarinda). Sore hari Aaron melakukan tracking perdana, namun karena
kondisi sedang berangin lumayan kuat, anak – anak tidak di perbolehkan ikut
serta. Kami habiskan waktu bersantai di
camp, sedangkan anak – anak asyik bermain dengan kucing.
Setelah makan malam, kami melakukan tracking, kali ini Aaron masih sendirian, anak – anak memilih beristirahat dan akan ikut tracking besok pagi. Ada beberapa jenis burung yang kami temukan sedang beristirahat di ranting pohon, lantern bug, stick ant, tarantula dan kalajengking.
Day 6 :
Pagi hari, sekitar pukul 7.30 wita,
tamu saya bangunkan pelan – pelan, karena ada 2 ekor Orang Utan (Induk &
anak) muncul di dekat camp research. Beberapa tamu lain juga mulai berkumpul
untuk melihat momen itu. Orang utan sedang mencari makan di beberapa pohon buah
yang memang di tanam dekat area camp research, seperti Pohon Sengkuang dan
Rambutan. Puas melihat orang utan kami
sarapan pagi, baru melakukan tracking. Anak – anak ikut serta kali ini. Kami
mengambil jalur track yang paling jauh. Tidak ada Orang utan yang berhasil kami
temukan saat itu, namun beberapa satwa liar cukup memberi semangat untuk tetap
melanjutkan perjalanan. Kembali ke camp kami istirahat untuk makan siang, mandi
dan kembali ke Kabo Jaya dengan ketinting. Dari Kabo Jaya kami melanjutkan
perjalanan ke Berau. Perjalanan cukup lama, karena kondisi jalan yang rusak dan
driver kami tidak mau ambil resiko melaju dengan kecepatan penuh. Idealnya
perjalanan memakan waktu 7 – 8 jam, kami tempuh sekitar 11 – 12 jam. Kami tiba
di Hotel Palmy sekitar pukul 23.00 wita setelah mengantar barang masuk hotel
saya pamit dan kembali ke Sangatta.
Comments
Post a Comment