Trip bersama Aaron & Family (Belanda & Swiss) Juli 2018


Day 1 :
            Tamu saya jemput di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Balikpapan yang tiba dengan menggunakan Pesawat Citilink dari Jakarta. Sempat molor karena jadwal delay. Lalu perjalanan kami mulai dengan menuju Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara. Kami singgah di Tenggarong untuk makan malam dan sekitar pukul 21.00 akhirnya tiba di Kota Bangun. Check in di Penginapan Mukjizat, satu – satunya penginapan langganan saya.



Day 2 :
            Setelah sarapan pagi kami memulai petualangan dengan menyusuri sungai mahakam dengan menggunakan ketinting. Kami menuju Sungai Pela terlebih dahulu  untuk melihat apakah ada penampakan Lumba – lumba air tawar Sungai Mahakam, Pesut Mahakam, namun belum ada tanda – tanda penampakan. Namun aktifitas warga sekitar membuat Aaron antusias untuk melihat lebih dekat, seperti panen ikan dengan metode Reba, yakni semacam tempat buatan untuk ikan berkumpul dengan menggunakan ranting / batang pohon dengan luas beragam, ada yang sekitar 1x2 meter dan ada juga nelayan yang membuat lebih besar. Reba akan dibiarkan di sisi sungai sekitar 2 minggu hingga 1 bulan, lalu di panen. Nelayan akan membentangkan jaring di sekeliling reba, lalu satu – persatu ranting / batang pohon akan di keluarkan dan merapatkan jaring hingga ikan terkumpul dan mudah di panen dengan cara di tangkap dengan tangan kosong, serok (lokal menyebutnya Tanggok), atau langsung di pindahkan kedalam perahu. Ada banyak ikan nila ukuran besar yang berhasil di tangkap, baung, toman, belida, serta ikan putih (Salap, repang, pahat, puyau, dl). Kami juga melihat metode penangkapan lainnya yang ramah lingkungan, yakni dengan menggunakan jala (Menjala). 









Perjalanan kami teruskan menuju Sungai Belayan namun belum ada tanda – tanda dari pesut mahakam. Kami kembali ke Kota Bangun untuk makan siang lalu menuju Muara Muntai. Sempat ada problem dengan mesin ketinting yang kami pakai saat itu, namun bisa di atasi dengan menggunakan ketinting lain. Tidak lama saat ketinting pengganti tiba, keberuntungan kami belum habis, ada sekelompok kecil pesut mahakam muncul di dekat lokasi perahu kami, arahnya menuju ilir sungai mahakam. 14:58 wita, sesegera mungkin saat perahu pengganti tiba kami langsung mengejar kelompok tersebut dan bertemu di sekitar wilayah desa Kedang Murung. Setidaknya ada sekitar 4 – 5 ekor yang muncul saat itu. 

















Puas mendokumentasikan mamalia langka tersebut kami putar arah dan tetap menuju ulu sungai mahakam menuju Muara Muntai. Di Muara Muntai kami check in di Penginapan Abadi, satu – satunya penginapan yang menyediakan fasilitas AC di kamar. Selain itu, penginapan ini memiliki nilai plus di bandingkan dengan yang lain, diantaranya kebersihan, kerapian & fasilitas yang di tawarkan. Pengunjung akan di siapkan handuk untuk mandi, bonus sikat gigi, kamar mandi bersih (perlengkapan mandi sudah lengkap tersedia), kamar bersih, rapi, free wifi dan perlengkapan dapur untuk membuat minuman dingin maupun panas.



Day 3 :
            Setelah sarapan pagi, kami jalan – jalan dulu di Muara Muntai yang terkenal dengan bentangan Jembatan Kayu Ulin terpanjangnya. Lalu melanjutkan perjalanan dengan menggunakan ketinting untuk menuju Desa Tanjung Isuy. kami melewati Danau Jempang yang mongering karena surutnya sungai mahakam. Danau seluas 15.000 Ha ini nampak terlihat luas sepanjang mata memandang, dan tentunya dangkal. Walaupun surut, nelayan nampak memanfaatkan momen tahunan ini dengan memasang banyak alat tangkap ikan. 10:22 wita kami melewati desa Jantur dan mampir sebentar untuk melihat aktifitas nelayan yang membersihkan ikan untuk dibuat menjadi ikan asin. 
















Pukul 12:05 kami tiba di Desa Tanjung Isuy, lalu menuju Desa Mancong dengan menyewa mobil. Karena surutnya sungai mahakam membuat jalur ketinting menuju Mancong tidak bisa di lewati sehingga alternative ini  merupakan salah satu nya opsi terakhir. 


Perjalanan tidak lama, hanya memakan waktu sekitar 30 menit. Di desa Mancong, kami mengunjungi Lamin / Rumah Panjang yang juga di sebut Lou / Louu oleh Suku Dayak Benuaq setempat. Lamin ini digunakan untuk acara adat, dan acara penting lainnya. Pertunjukan tarian dihadirkan setelah ada permintaan tiba – tiba dari Aaron, namun tidak masalah, masih banyak waktu untuk kami habiskan di Mancong. Prosesi di mulai dengan pemotongan tali selamat datang yang sebelumnya di sambut dengan bahasa dayak benuaq. Lalu satu persatu tamu di bawa ke tempat duduk. Ada 5 jenis tari – tarian dihadirkan oleh anak – anak, dewasa, dan orang tua. Aaron & Judith juga di ajak untuk mencoba alat berburu khas Suku Dayak, yakni Sumpit. Tarian terakhir Aaron & Judith di ajak menari bersama dan saling mencoreng muka dengan pupur basah sebagai ungkapan kebersamaan dan suka cita. Kami kembali ke Tanjung Isuy dan mengunjungi beberapa Rumah Panjang khas Suku Dayak Benuaq lainnya, serta untuk makan siang yang tertunda. Sore kami kembali ke Muara Muntai.






















Day 4 :
            Hari ini kami kembali memulai perjalanan jauh lainnya, sekitar 7 – 8 jam dari Muara Muntai menuju Bontang. Setibanya di di bontang (16.22 wita) kami di sambut ramah oleh ibu Halimah, Ketua Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Bontang Kuala. Barang yang banyak bisa di angkut dengan menggunakan motor modifikasi yang di lengkapi dengan bak terbuka. Bontang Kuala cukup unik karena kebanyakan rumah  dibuat rumah panggung dengan bentangan jembatan dari kayu ulin, sama seperti halnya di Muara Muntai. Kami menginap di salah satu homestay yang disediakan pokdarwis setempat. Rumah yang sangat panjang dan berada di tepi laut, kerrreeeeen… Sore hari Aaron & Judith berjalan kaki di Bontang Kuala sambil di temani Ibu Halimah & Aminah. Saya mau gak mau nunggu Ilsabeth & Ilyana (anak mereka) yang tidak ingin kemana – mana dan memilih bermain HP di homestay. Malam hari kami disuguhkan makan malam khas Bontang Kuala, udang dan kepiting goreng dengan sambal Gami Bawis. Mak nyosss… Waktu kami habiskan dengan bercengkrama, apalagi ada Duta Pariwisata sekaligus Mister Tourism, Trendy Valchanov datang berkunjung.












Day 5 :
            Agenda hari ini adalah mengunjungi kawasan Mangrove di Sungai Belanda. Kawasan sungai belanda di namai seperti itu karena pada jaman perang area ini dijadikan tempat persembunyian oleh penduduk Bontang Kuala. Perjalanan ini akan ditempuh sebentar saja dari Bontang Kuala dengan menggunakan kapal kecil yang di lengkapi dengan life jacket. Saya sudah melakukan reservasi sebelumnya di pengelola wisata Bontang Kuala yang juga memiliki Tourism Information Centre (Thanks bank Zul dan tim yang sudah melayani kami, termasuk guide kami, Joni dkk). Ibu Halimah & Aminah yang ikut serta memberi tawaran destinasi lain kepada kami untuk snorkeling, dapat potongan harga special. Ha ha… makasih banyak bu Halimah & Aminah, servisnya luar biasa. Demi promosi jer… Insyaallah Aamiin, semoga banyak tamu yang datang ke Bontang Kuala, khususnya Wisatawan Mancanegara. 




Dari Sungai Belanda kami menuju Homestay tengah laut untuk mencoba snorkeling di situ. Homestay tengah laut ini sangat indah, karena posisinya yang ada ditengah laut dan sangat cocok untuk rombongan, sewanya pun cukup murah untuk rombongan, yakni Cuma 500 ribu rupiah. Selanjutnya kami menuju Pos Perikanan yang posisinya lebih ke tengah, dan disini spot untuk snorkelingnya lebih bagus. Aaron dan family nampak menikmati pemandangan bawah laut sambil memberi makan ikan dengan remahan roti. Kami kembali ke bontang kuala untuk istirahat, makan siang dan berkemas – kemas untuk melanjutkan perjalanan menuju Prevab, Taman Nasional Kutai di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur. Terima kasih banyak atas servisnya yang luar biasa kepada Pokdarwis Bontang Kuala (Ibu Halimah, Aminah dkk) serta Pengelola Wisata Bontang Kuala (Zul, Joni dkk). Semoga bisa kembali lagi dalam waktu dekat.


















            Kami menuju Desa Kabo Jaya dengan menggunakan kendaraan darat sekitar 2 jam perjalanan. Pukul 16:14 wita kami tiba di Kabo Jaya dan melanjutkan perjalanan dengan Ketinting menuju Kawasan Prevab, sekitar 20 menit. Kami menginap di Camp Research, karena Camp untuk tamu sudah penuh, namun untuk makan minum tetap musti jalan kaki sebentar ke Camp Kakap. Di Camp Kakap banyak orang berkumpul, selain tamu, ada juga kunjungan dari Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Timur dan Anggota DPRD Kab Kutim. Setidaknya saya bertemu 3 guide saat itu, semua berasal dari HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) DPD Provinsi Kalimantan Timur, Pak Rusdi (Ketua HPI DPD Kaltim), Awang Jumri (Ketua Biro Organisasi, HPI DPD Kaltim) dan Om Rustam (Ketua HPI DPC Samarinda). Sore hari Aaron melakukan tracking perdana, namun karena kondisi sedang berangin lumayan kuat, anak – anak tidak di perbolehkan ikut serta. Kami habiskan waktu bersantai  di camp, sedangkan anak – anak asyik bermain dengan kucing.




  Setelah makan malam, kami melakukan tracking, kali ini Aaron masih sendirian, anak – anak memilih beristirahat dan akan ikut tracking besok pagi. Ada beberapa jenis burung yang kami temukan sedang beristirahat di ranting pohon, lantern bug, stick ant, tarantula dan kalajengking.





       











Day 6 :
            Pagi hari, sekitar pukul 7.30 wita, tamu saya bangunkan pelan – pelan, karena ada 2 ekor Orang Utan (Induk & anak) muncul di dekat camp research. Beberapa tamu lain juga mulai berkumpul untuk melihat momen itu. Orang utan sedang mencari makan di beberapa pohon buah yang memang di tanam dekat area camp research, seperti Pohon Sengkuang dan Rambutan.  Puas melihat orang utan kami sarapan pagi, baru melakukan tracking. Anak – anak ikut serta kali ini. Kami mengambil jalur track yang paling jauh. Tidak ada Orang utan yang berhasil kami temukan saat itu, namun beberapa satwa liar cukup memberi semangat untuk tetap melanjutkan perjalanan. Kembali ke camp kami istirahat untuk makan siang, mandi dan kembali ke Kabo Jaya dengan ketinting. Dari Kabo Jaya kami melanjutkan perjalanan ke Berau. Perjalanan cukup lama, karena kondisi jalan yang rusak dan driver kami tidak mau ambil resiko melaju dengan kecepatan penuh. Idealnya perjalanan memakan waktu 7 – 8 jam, kami tempuh sekitar 11 – 12 jam. Kami tiba di Hotel Palmy sekitar pukul 23.00 wita setelah mengantar barang masuk hotel saya pamit dan kembali ke Sangatta.













Comments