Setahun
yang lalu saya dan Pak Iwan sudah saling kontak untuk membahas tour ke mahakam.
Alhamdulillah Tour ini terwujud di tahun ini
Day 1 : Minggu, 21 Juli 2019.
Tamu saya jemput
di Hotel Aston Balikpapan. Percakapan ringan mulai mengalir di mobil yang di
kendarai oleh Henson, walau cuaca sempat hujan namun tidak menghambat
perjalanan menuju Harapan baru, Kotamadya Samarinda. Sesampainya di Harapan
Baru, kami memuat barang ke Kapal Mi’rad-D, salah satu dari beberapa kapal
wisata privat kapasitas kecil yang ada di Samarinda. Perjalanan di mulai menuju
arah ulu Sungai Mahakam, dengan tujuan Muara Muntai yang di perkirakan sampai
besok harinya. Perjalanan cukup santai karena memang kapal yang memiliki mesin
6 cilinder ini untuk perjalanan dengan kecepatan rendah, supaya tamu bisa
menikmati suasana yang ada di sungai mahakam. Makan siang tersaji di meja makan
yang ada di lantai dasar, sedangkan kamar tamu berada di lantai atas. Ruang masak
& 2 toilet sekaligus kamar mandi berada di bagian belakang kapal.
Perbincangan hangat mewarnai di sepanjang perjalanan kami.
Sekitar sore hari
koki yang juga istri dari kapten Kapal, Syaiful, menghidangkan pisang goreng
untuk kami. Kapal kami sempat berhenti untuk memperbaiki mesin yang mengalami
kebocoran di bagian tampungan minyak, namun bisa diatasi tidak lama kemudian.
Malam harinya kami makan malam di kapal yang terus melaju, ngopi sambil
ngobrol, lalu beristirahat.
Day 2 : Senin, 22 Juli 2019.
Kami tiba di
Muara Muntai sekitar pukul 5 subuh.
Setelah sarapan pagi, kami menyempatkan untuk berjalan – jalan di pusat Desa
Muara Muntai (Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara), sambil
menunggu lunch box selesai di siapkan oleh koki kapal. Kami juga sempat mampir
di salah satu Sekolah Dasar untuk melihat aktifitas anak – anak sekolah yang
sedang belajar.
Kami kembali ke kapal lalu melanjutkan perjalanan dengan
menggunakan ketinting yang di bawa oleh Udin Kancil. Kami memutar terlebih
dahulu di Pulau Harapan untuk mencari Pesut Mahakam, sempat ada kemunculan
pesut mahakam namun hanya sekali, kami tidak melihat lagi walau kami sudah
bersusah payah melihat kesana kemari dan menunggu sekitar 30 menit. Ketinting
kami melaju dengan kecepatan sedang menuju Danau Jempang, danau yang luasnya
15.000 Ha dan terluas ke 6 di Indonesia. Namun saat itu sungai mahakam sedang
surut, sehingga beberapa daratan Danau cenderung lebih tinggi dari alur yang
kami lewati. Kami menyempatkan untuk singgah sebentar dan melihat luasnya
daratan Danau Jempang yang sedang mengering. Walau kering, namun masih ada
jalur kecil yang bisa di lewati oleh transportasi air. Beberapa jenis burung
kuntul nampak memutih memanjang dari kejauhan, termasuk Burung Bangau Tong –
tong yang di lindungi, Elang, Mandar Batu, Pecuk Ular Asia dan masih banyak
lagi.
Kami memaksakan masuk
ke sungai kecil yang menuju Desa Mancong (Kecamatan Jempang, Kabupaten Kutai
Barat), namun tidak berhasil untuk sampai langsung ke Mancong, karena terlalu
surut. Jadi setelah melihat beberapa kawanan Bekantan, makan siang di perahu,
kami memutar kembali ke arah Danau Jempang dan menuju langsung ke Tanjung Isuy.
Di Tanjung isuy kami menyewa kendaraan roda 4 untuk menuju Desa Mancong yang
berjarak sekitar 30 menit. Sangat di sayangkan kondisi jalan berlubang di mana
– mana, seharusnya dengan jumlah kunjungan wisawatan asing yang kontinyu
mengunjungi 2 lokasi ini, Pemerintah Kabupaten Kutai Barat bisa memperbaiki
akses darat sehingga memudahkan perjalanan para wisawatan. Sesampainya di
Mancong, kami memesan pertunjukan tarian dengan pengurus Lamin Mancong, karena
cuaca sedikit mendung, maka tarian di set di dalam Lamin. Ada sekitar 5 jenis
tarian yang di suguhkan, baik yang tua maupun yang muda, termasuk anak – anak. Tarian
di tutup dengan saling mengoleskan bedak basah di bagian muka.
Kembali ke
Tanjung Isuy, kami melanjutkan perjalanan kembali ke kapal yang ada di Muara
Muntai, lalu kapal bergerak menuju Ilir sungai mahakam. Tujuan kami selanjutnya
adalah Kota Bangun. Pukul 22.00 kami tiba di Desa Pela. Berhubung masih capek
semua, tidur cantik kontinyu.
Day 3 : Selasa, 23 Juli 2019
Jam
8 pagi saya masih belum bangun, mungkin capek, jadi saya biarkan saja sampai
mereka bangun. Jam 9 satu persatu sudah bangun lalu sarapan pagi. Kegiatan hari
ini adalah Observasi Pesut Mahakam, salah satu rute yang saya pilih setelah di
diskusikan dengan motoris, darwis, adalah ke arah ilir sungai mahakam, hingga
masuk di Sungai Kedang Rantau, Muara Kaman. Kami menuju keluar dari sungai
pela, seperti biasa, di beberapa titik yang dimana Pesut Mahakam sering
terlihat, kami berhenti, mematikan mesin dan menunggu kurang lebih 10 menit.
Ada penampakan saat itu, namun hanya sekilas dan cukup lama hingga penampakan
selanjutnya. Sekitar 2 kali penampakapan, dilihat langsung oleh tamu saya,
bahkan saya sendiri tidak melihat kecuali gelombang besar yang di hasilkan oleh
pesut mahakam saat muncul di permukaan. Kami putuskan melanjutkan perjalanan
hingga sampai di Sungai Kedang Rantau, namun tetap tidak ada penampakan lagi.
kami mencari spot di sisi sungai untuk makan siang baru setelah itu menuju
Muara Kaman Ulu untuk tracking sebentar menuju Situs Kerajaan Hindu Tertua di
Indonesia, Kerajaan Kutai Martadipura, yang ada di Bukit Brubus.
Tidak banyak
yang bisa dilihat, hanya ada sedikit peninggalan seperti Lesong Batu dan Stupa,
dan Museum Martadipura untuk melihat replica Prasasti Yupa yang menjadi bukti
eksistensi kerajaan ini sejak abad ke 3 M. Namun setidaknya saya bisa
menunjukan lokasi bersejarah kepada tamu saya.
Kami
kembali menuju Desa Pela, menuju Danau Semayang yang sedang mengering. Ada
beberapa warga yang sedang mengambil sejenis kerang (Tudai & Kijing) yang
ada di dasar permukaan air. Cuaca masih terik saat itu, kami mampir sebentar di
dataran danau yang sudah mongering lalu kembali ke kapal untuk beristirahat.
Sore hari sekitar pukul 18.00 kami kembali menuju danau untuk mengabadikan &
menikmati sunset. Kembali ke kapal saat sudah menjelang malam, kapal kembali
bergerak menuju arah balik ke Samarinda
Day 4 : Rabu, 24 Juli 2019
Pukul
6.00 kami tiba di Harapan Baru. Setelah sarapan pagi kami pamit dan menuju Desa
Budaya Dayak Kenyah, Pampang, Samarinda dengan kendaraan roda 4. Di Pampang,
tamu saya membeli beberapa oleh – oleh, foto bersama kakek di Lamin, lalu
menuju KWPLH yang ada di KM 23 Balikpapan. kami mampir di KM.40 Tahu Sumedang
untuk makan siang lalu tiba tepat (pukul 15.00) waktu di KWPLH untuk melihat
Beruang Madu saat di beri makan. Perjalanan di lanjutkan menuju Hotel Benua Lestari
di Balikpapan. Setelah urusan kamar selesai, kami foto – foto bersama lalu
pamit.
Comments
Post a Comment