Trip dengan Tim Family (Belanda, Oktober 2019)


                Selepas membawa Tim & Marielle Agustus lalu, Tim menyarankan saya kepada Orang tuanya yang akan datang ke Indonesia bersama adiknya. Alhamdulillah gayung bersambut, setelah atur plan trip & budget, mereka datang pada 10 Oktober 2019. Let the story begin…

Day 1 :
                Pagi hari saya berangkat menuju Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Balikpapan dengan menggunakan travel regular dari tenggarong. Dari sekian banyak travel yang ada di tenggarong yang memiliki Asosiasi resmi, saya menggunakan Tahta Travel. Kami tiba di Bandara sekitar pukul 11.00 sedangkan schedule Pesawat Tamu yang saya tumpangi, Garuda, tiba pukul 12.10 wita. Dengan secarik kertas yang bertuliskan nama tamu saya, saya menunggu di depan pintu kedatangan. 3 orang bule muncul dan tersenyum saat melihat nama mereka yang terpampang, oke, ini tamu saya. Ada orang tua Tim, Willy, Julia & Janiekke, adik Tim. Sambutan awal kepada tamu lalu saya menemani Willy ke Money Changer di Bank Mandiri yang ada di lantai 2 Bandara, willy kurang puas dengan kurs saat itu dan memutuskan untuk menukarkan mata uangnya di money changer lain. Sebelumnya saya musti mengantar mereka ke salah satu tempat kolega mereka di salah satu perumahan di Balikpapan, baru ke Money Changer yang ada di jalan depan Balikpapan Plaza. Mereka puas dengan kurs yang di tawarkan lalu melakukan transaksi. Sebelum makan siang di Balikpapan Plaza saya sempatkan dulu mengantar mereka ke counter untuk membeli kartu internet.

                Perjalanan di mulai menuju Desa Liang saat pukul 16.00, istirahat sekaligus makan malam di RM Handayani, Tenggarong. Sate ukuran jumbo, membuat mereka sempat terkejut dan tidak bisa menghabiskan semuanya, karena mereka juga memilih menu makanan yang lain. Sedangkan saya yang hanya memesan sate, juga tak sanggup memakan semuanya. Tamu saya tawarkan opsi lain jika mereka merasa capek untuk istirahat di tenggarong, namun dengan halus di tolak, mereka masih sanggup untuk meneruskan perjalanan. Kami tiba di Desa Pela sekitar pukul 23.00 kami tiba di Liang, lalu menuju Desa Pela dengan menggunakan ketinting bermesin tempel 40 PK, dari Pokdarwis Desa Pela, B3. Tidak lama kami sampai di Desa Pela, check in Homestay lalu beristirahat. Saya masih mau santai menikmati suasana desa pela di Kafe yang baru di bangun, tidak jauh dari Homestay. Willy & Julia nampak santai di depan homestay sebelum akhirnya masuk ke kamar dan beristirahat.

Day 2 :
                Sesuai perkiraan, tamu saya akan agak lebih lama bangun dari tidurnya, karena perjalanan kemarin saya rasa cukup membuat badan mereka kelelahan, sehingga perlu istirahat yang cukup. Saya pun sudah memberi tahu mereka sebelum beristirahat, untuk tidak memaksakan bangun terlalu pagi. Karena wisata gak akan terasa nikmat jika badan masih capek dan tidur terlalu cepat. Mereka pun nampak santai dan tidak terburu – buru, lebih menikmati suasana desa pela sambil sarapan pagi. Kami sempatkan mengunjungi Museum Nelayan di Desa Pela, sebelum sholat jum’at, dan pamit saat selesai waktu sholat jum’at.






                Kami menyusuri sungai pela yang merupakan anak sungai mahakam dengan menggunakan Kapal kecil yang biasanya di pakai untuk survey Pesut Mahakam, yup, perahu ini di miliki oleh Yayasan Konservasi RASI (Rare Aquatic Species of Indonesia) yang berdomisili di Samarinda. Bentuknya seperti kapal fery lazimnya, namun lebih pendek. Kapal ini dilengkapi dengan 2 kursi duduk empuk seperti kursi ala mobil racing, dan satu bangku tinggi. Tamu saya merupakan tamu asing pertama yang menggunakan kapal ini dan tanggapannya mereka sangat senang sekali. Lebih leluasa & stabil. Beberapa spot kami datangi dan tunggu sekitar 10 menit, siapa tahu ada Pesut Mahakam bermain – main di situ, namun kami belum beruntung. Di Muara Wis kami singgah sebentar untuk jalan – jalan di kampung sambil mencari makan siang (dan cemilan) yang sudah beberapa jam tertunda.






                Sampai di Muara Muntai, sekitar pukul 17.00, kami menuju Penginapan Abadi, satu – satunya penginapan yang memiliki fasilitas AC di Muara Muntai. Malamnya kami jalan – jalan di Muara Muntai dengan ikonnya, bentangan Jembatan Ulin yang panjangnya kiloan meter, sekalian mencari makan malam.

Day 3 :
                Pagi hari, setelah sarapan nasi kuning di Penginapan, kami berangkat menuju Tanjung Isuy & Mancong dengan menggunakan ketinting. Ikin sang motoris yang juga merupakan warga setempat merupakan salah satu dari 2 langganan saya, satunya Udin Ban, kakak Ikin. Sungai mahakam masih surut, sehingga diperkirakan perjalanan akan sulit atau tidak akan sampai ke Tanjung Isuy, back up plan sudah di siapkan dengan bantuan ikin, yakni menyewa sepeda motor di Tanjung Haur lalu dengan jalan darat menuju Pulau Lanting lalu Tanjung Isuy. kami sudah sempat melewati Tanjung Haur, namun akhirnya kandas, nampaknya ada batang kayu yang sempat mengenai bawah perahu, untung kami saat itu tidak melaju kencang, sehingga kemungkinan bodi hanya tergores, gak jebol.










Kami putuskan kembali daripada kandas untuk kedua kalinya atau malahan perahu rusak terkena batang kayu yang ada di dasar. Kami mampir di warung musiman yang ada di tengah Danau (Tanjung Haur), tepat di sisi sungai kecil yang kami lalui. Saat surut mereka membuat jembatan penyeberangan untuk sepeda motor yang didesain supaya juga bisa dilalui perahu. Disini kami bermaksud untuk menyewa sepeda motor sekaligus ojek untuk bisa mengantar kami ke Pulau Lanting lalu Tanjung Isuy. ada 3 motor yang siap kami sewa, RX King, Jupiter Z dan Supra X. Ongkos ojek yang awalnya 100 rb, naik 50 rb, karena sifatnya terdesak, mau tidak mau kami setuju, walau dengan negoisasi alot sebelumnya.  Willy dan Julia naik RX King, Janiekke di bonceng di motor Jupiter Z, dan saya juga di bonceng. Perjalanan darat pun di mulai, kami melintasi danau jempang yang mengering karena musim kemarau dan menghijau oleh hamparan rumput karena sudah lama tidak tergenang air. Ada 2 jembatan musiman yang kami lewati, dan kami harus membayar jasa lewat sekitar 5 ribu untuk sekali menyeberang, jembatan terakhir ada saat kami akan memasuki Pulau Lanting. Dari Pulau Lanting kami  menuju Tanjung Isuy, kami tidak bisa langsung ke Tanjung Isuy karena jembatan penghubung sedang di perbaiki. Sehingga kami harus menyewa perahu nelayan untuk bisa menyeberang ke Tanjung Isuy, ongkosnya 100 rb (PP), naik 50% dari info awal. Di Tanjung Isuy, kami gak sempat makan siang, waktu semakin menipis, sehingga kami langsung menuju Mancong dengan menyewa mobil. Sesudah mengunjungi Lamin Mancong, kami kembali ke Tanjung Isuy, lalu lanjut lagi ke Tanjung Haur, dan akhirnya Muara Muntai. Kami tiba di Muara Muntai saat waktu maghrib tiba, makan malam lalu istirahat.

























Day 4 :
                Sarapan pagi, berkemas – kemas, check out penginapan, lalu kami menuju oloy dengan ketinting, di sana sudah ada mobil yang di bawa oleh Henson stand by untuk selanjutnya mengantar kami ke tenggarong untuk makan siang lalu ke salah hotel Ibis di Balikpapan. Di Balikpapan kami tidak langsung pulang, tamu mengajak kami untuk ngopi dulu di bar hotel lalu setelah selesai kami pamit.




               


Comments