3
orang wisatawan dari Belanda yang hobi bersepeda, Dirk (80), Rob (65) &
Toon (64), mencoba keliling di 3 Provinsi di Kalimantan Timur dengan bersepeda.
Setelah pertama kali mencoba trek di Provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan dan akhirnya sampai di Kalimantan Timur. Setelah sampai di Balikpapan,
tamu ini kami sambut yang saat itu masih ditemani Tourist Guide asal
Banjarmasin, Om Jimmy Kapoh. Walau di usia yang relative sudah di anggap
senior, mereka bisa menempuh minimal 60 km per hari.
Day 1 :
Dari
Hotel Fave, Balikpapan, kami mulai berkemas – kemas memasukan barang ke mobil
Hi Ace yang nantinya akan escort rombongan kecil ini bersepeda. Beberapa ban
dalam cadangan, kompa, dan 3 buah sepeda sudah siap. Kami lanjutkan dengan
mobil menuju Pantai Lamaru, sambil membeli beberapa minuman dingin untuk bekal
di jalan, lengkap dengan box Busa dan es batu untuk menjaga minuman tetap
dingin. Sepeda mulai diturunkan di sekitaran asrama haji Balikpapan, lalu
mereka berangkat dengan sepeda. Tujuan kali ini adalah Handil, Kabupaten Kutai
Kartanegara, via rute pesisir. Tidak hanya bersepeda, kami juga mampir di
beberapa destinasi wisata yang ada di Balikpapan, seperti Pantai Lamaru dan
Penangkaran Buaya Teritip. Beberapa rutinitas lain adalah coffe break setiap
jam 10.00 dan 16.00 wita serta makan siang (12.00 – 13.00). Kebetulan mereka
gak repot kalo urusan makan dan ngopi, yang penting ada sup sayur, ayam goreng,
atau kopi cafucino ala sachet. Perjalanan cukup lancar, terkecuali saat sudah
memasuki area Samboja, dimana mulai banyak jalan rusak, tanjakan serta beberapa
truk besar yang selalu melaju kencang, tidak mengindahkan beberapa tanda yang
di berikan saat akan menyalip mobil kami. Alhamdulillah, tamu kami masih aman,
tidak mengalami masalah. Kami sampai di Sungai Seluang siang hari, namun
berhubung mereka tidak cocok dengan hotel yang ada, sehingga kami teruskan
perjalanan menuju Handil, Alhamdulillah, walau Penginapan Handayani penuh, atas
saran stafnya yang ramah dan jujur, kami di arahkan ke Penginapan Hidayah. Penginapannya
nyaman, bersih, stafnya ramah & penuh rasa kekeluargaan, kamar mandi di
dalam dan ada air panas untuk mandi. Kami hanya menginap semalam karena musti
lanjut lagi ke Bengkirai besoknya, misalnya kami kembali lagi di hari ke 2,
kamar sudah di booking semua, karena akan ada artis ibukota, Anji Drive, yang
akan menghibur warga Handil dalam Festival Handil malam besok. Sayang gak
sempat ketemu artis karena selisih hari. Malamnya kami jalan – jalan dulu di
Handil, makan malam, lalu kembali ke Penginapan untuk beristirahat.
Day 2 :
Sarapan
pagi di penginapan dengan menu yang bagi saya sangat luar biasa, ala hotel, dan
ada menu bistik daging, alamak nyamannya… sekelas hotel dengan tarif 300
ribuan, gak bakalan ketemu daging, paling banter ayam. Alhamdulillah, disini
dapat daging. Kami lanjutkan perjalanan menuju Bukit Bengkirai Samboja,
perjalanan memutar kembali ke arah balik, di pertengahan baru ambil rute baru.
Sebelumnya kami mampir lagi di Pantai Tanah Merah, Sungai Hitam Samboja untuk
melihat bekantan. Di sini kami harus menyewa kapal klotok dengan budget 100 rb
per orang, ditemani Yudi, salah satu pengurus Pokdarwis setempat, kami
menyisiri sungai hitam yang sebenarnya gak hitam warnanya, normal aja. Memang
untuk melihat bekantan, disini memang spot terbaik, karena jarak kita dengan
bekantan sangat dekat dibanding tempat lainnya. Hal ini juga di dukung dengan
lebar anak sungai yang relative kecil. Perjalanan di teruskan hingga akan
mendekati simpang jalan poros Loa Janan – Balikpapan – Samboja – Penajam.
Karena medan jalan yang rusak serta padat dengan aktifitas truk besar bermuatan
berat, kami lanjutkan perjalanan dengan mobil hingga sampai di kawasan Bukit
Bengkirai. Di bukit bengkirai kami disambut dengan ramah oleh staf, dan
diarahkan ke Cottage Laevis, satu dari beberapa cottage yang ada di sana.
Cottage ini sewanya sekitar 700 rb, dilengkapi dengan 2 kamar dengan 1 double
bed, salah satu kamar memiliki kamar mandi sendiri yang di lengkapi dengan
shower & AC. Di luar kamar ada 1 lagi kamar mandi / toilet. Ada satu set
kursi tamu, meja makan, kulkas, dispenser, tv, dan bangku untuk santai di depan
& belakang cottage. Sedangkan untuk listrik hanya hidup saat sore hingga
pagi hari. Untuk makan tinggal berjalan sebentar ke kantin yang juga
menyediakan beraneka ragam jenis menu makanan (sesuai request) dan makan minum
serta cemilan lainnya. Kami santai dulu di beranda belakang yang menghadap
langsung ke hutan, ngopi sambil menghabiskan waktu sore. Malamnya kami ke
kantin untuk makan malam, lalu beristirahat.
Day 3 :
Pagi
hari kami tidak langsung bersepeda, ada schedule lain, yakni tracking menuju
Canopy Bridge. Tracking ini relative pendek, sekitar 2 kiloan saja, sedikit
tanjakan, sisanya datar berkelok. Di jalur tracking kami juga berkesempatan
melihat beberapa jenis pohon asli pulau Kalimantan seperti Ulin, bengkirai, dan
masih banyak lagi. Dan ada juga beberapa program donasi pohon yang terlihat
dari beberapa papan nama donatur di depan pohon yang di adopsi. Kami sampai di
Canopy bridge, hanya dirk yang mau naik keatas, sedangkan rob dan toon memilih
menunggu di bawah. Selesai menaiki canopy bridge yang ada di ketinggian 30
meter dengan panjang sekitar 64 meter, kami kembali ke cottage, santai, makan
siang baru kembali meneruskan perjalanan. Tujuan hari ini adalah Samarinda.
Kami kembali bersepeda melalui jalan Samboja, handil, sanga – sanga, dan
berakhir di samarinda. Rute di sanga – sanga kami skip, karena banyak jalan
rusak, perbaikan, aktifitas mobil tambang serta debu jalan. Di samarinda, tamu
kami drop di hotel Harris. Beberapa tempat yang kami singgahi di perjalanan adalah
Pantai Pemedas, Samboja, Kutai Kartanegara.
Day 4 :
Perjalanan
di lanjutkan menuju Tenggarong melalui jalan poros samarinda – tenggarong.
Tanjakan gunung sampah berhasil di lewati dirk tanpa kendala, yang lainnya
tidak sanggup dan terpaksa mendorong sepeda hingga sampai di atas. Perjalanan
di lanjutkan dengan mobil karena medan jalan terlalu banyak tanjakan yang akan
menguras habis tenaga mereka. Di tenggarong seberang, bersepeda di lanjutkan
menyeberangi jembatan Kutai Kartanegara ke Tenggarong, makan siang, lalu lanjut
lagi ke Loa Kulu. Kami singgah di beberapa spot wisata sejarah seperti
peninggalan kantor & rumah belanda yang setidaknya berjumlah 50 titik, kami
hanya mampir di beberapa titik, salah satunya gedung Maqqjizn. Ditemani pak Edy
dan pak Sumarno, kami mengunjungi satu persatu bangunan tua bersejarah
tersebut. Kami kembali ke Tenggarong melalui Desa Sumber Sari - Bukit Biru –
Hotel Grand Elty Singgasana. Oh ya, disini saya mencoba bersepeda, setelah Rob
merasa sudah cukup lelah, jadi saya mencoba sepeda Rob dari Tenggarong hingga
loa kulu lalu balik ke Tenggarong. Rute kembali memiliki beberapa tanjakan
pendek, namun sudah cukup membuat saya kelelahan dan merasa tidak sanggup lagi
bersepeda. Flat is better than hill.
Day 5 :
Rute kali ini adalah menuju Ladaya, Loa tebu, & Pulau Kumala. Cuaca pagi hari yang gerimis membuat tamu saya enggan bersepeda, jadi kami lanjutkan perjalanan menuju ladaya dengan mobil, lalu Jam Ningrum & Kedaton Kutai Kartanegara Ing Martadipura. Sepeda dimulai menuju Pulau Kumala, dilanjutkan mengunjungi Pulau Kumala dan berkeliling dengan menyewa sepeda. Dari Pulau Kumala kami lanjutkan lagi bersepeda hingga kembali ke Hotel
Day 6 :
Kami
kembali ke Samarinda melalui jalan poros Tenggarong – Loa Janan – Samarinda. Cuaca
cukup cerah sehingga wisata sepeda bisa di lakukan. Kami mampir di Bakungan
untuk makan siang, lanjut dengan mobil hingga melewati jalan rusak di
Perusahaan MHU, baru bersepeda di lanjutkan lagi hingga sampai di Samarinda. Bukit
Loa Duri dan Bukit Lipan tidak menjadi hambatan bagi Dirk, dia nampak puas bisa
menaklukan bukit tinggi tersebut. Setelah menyeberang ke Samarinda, trip sepeda
di hentikan karena banyak traffic, takut mereka kesulitan mencari mobil kami
yang ada didepan, atau salah ambil jalan. Kesempatan ini kami manfaatkan untuk
mampir di Islamic Center, Paroki Katedral, Tepian Mahakam dan akhirnya sampai
di Hotel Royal Park.
Day 7 :
Hari
ini kami khusus gowes di sekitaran kota samarinda. Supaya rute agak jauh, kami
start dari hotel lalu menuju Rumah Tenun Samarinda Seberang, Stadion Palaran,
Citra Niaga dan kembali ke Hotel.
Day 8 :
Dari samarinda kami menuju Muara Badak, kami mampir di Desa Pampang & Sungai Bawang di sela – sela perjalanan. Memasuki simpang Muara Badak, setelah melahap 3 tanjakan Dirk menyerah lalu diteruskan dengan mobil. Di Muara Badak kami teruskan menuju Pantai Panrita Lopi. Tentunya kami harus menyewa kapal klotok untuk menyeberang ke Pulau. Disini Dirk dan kawan – kawan nampak menikmati suasana sore sambil mencari kerang yang akan di ambil sebagai kenang – kenangan dan ngopi. Kembali ke daratan kami kembali ke hotel Sekarini.
Day 9 :
Mungkin
ini rute terbaik yang pernah kami lalui, dari Hotel Sekarini kami menuju
Marangkayu dan Bontang. Jalan lebih sepi, mulus dan lebar saat memasuki Kota
madya Bontang. Tidak lupa mampir di Pantai Biru Kersik, Marangkayu. Di Bontang
kami stay di Hotel Gembira, nampak lusuh dari depan, di dalamnya ternyata kayak
hotel bintang 5. Sesuai namanya, kami Gembira.
Start
dari hotel, kami menuju Bontang Kuala, salah satu tempat destinasi wisata
populer yang ada di Bontang. Lalu kembali ke jalan poros Bontang – Samarinda.
Setelah beberapa tanjakan, perjalanan kami lanjutkan dengan mobil menuju Tugu
Equator di Desa Santan Ulu, Marangkayu. Sisanya, karena tujuan kali ini adalah
Balikpapan, jauh dan perlu waktu lama, kami tempuh dengan mobil. Kami sampai di
Balikpapan pukul 20.00, makan malam, baru check hotel di Whiz Prime
Day 11 :
Hari
terakhir tidak ada kegiatan bersepeda, kami ajak Dirk dan kawan – kawan
keliling Kota Balikpapan termasuk Pasar Kebun Sayur. Sesampainya di hotel, kami
di traktir ngopi untuk yang terakhir kalinya sebelum mereka check in dan take
off untuk kembali ke Belanda.
Comments
Post a Comment