Festival Samukng Aluur (Melapeh, 5 s/d 8 Des 2019)


                Sebelumnya belum ada informasi mengenai Festival ini, Panitia agak telat ngepost ke Medsos, beruntung timingnya pas, karena saya sedang ada di Mahakam Ulu, sehingga saya bisa mampir ke Melapeh dari Mahakam Ulu

Day 1 : Festival di mulai dengan lomba menyumpit, acara ini gak sempat saya lihat, karena masih dalam perjalanan dari Ujoh Bilang (Mahakam Ulu) menuju Tering (Kutai Barat). Saya tiba saat sore hari, check in di Homestay Mama Feby, makan malam, baru menuju Rumah Panjang Melapeh atau yang biasa disebut Luuq Melapeh. Malam itu masih ada pertunjukan sekaligus lomba Tari Belian Bawo. Pesertanya dari Melapeh semua, di dominasi anak – anak, remaja dan Orang Tua. Seru walau penonton tidak sebanyak tahun lalu. Acara selesai, saya kembali ke Homestay, ngobrol sambil ngopi sama teman – teman Komunitas dari Kutai Barat, Jelajahi Kubar.







Day 2 : Pagi ini ada lomba Begasing, sayang ini pun gak sempat di lihat, ada beberapa tamu bertandang (padahal saya tamu) di homestay, dan cuaca juga cukup mendung dan gerimis sesaat, menjadi tanda tanya, apakah lombanya sudah selesai apa tertunda. Karena dirasa lomba sudah selesai, waktu sudah menunjukan pukul 14.30, saya memutuskan stand by di homestay. Malamnya kembali digelar lomba Belian Sentiyu di Luuq Melapeh











Day 3 : Siang ada lomba Belogo, kali ini saya tidak mau kelewat lagi, dengan Rachel (Anak mama Feby di homestay) kami menuju Danau Aco dengan memakai motor Rachel. Medan jalan udah cukup mulus, aspal, namun masih ada beberapa titik yang rusak. Trus karena Danau Aco ada di ketinggian, tracknya cenderung terus menanjak. Tapi dengan motor shogun andalan Rachel, kami bisa sampai ke Danau Aco walau musti dengar teriakan Rachel sepanjang jalan, karena takut akan lajunya kendaraan yang saya liat di spedometer 100 km/jam lewat dikit. Saya sih merasa itu gak cepat, hanya karena pas turunan jadinya agak kencang sedikit, trus mungkin juga karena factor rem motor yang udah blong semua. Ha ha… jangankan dia, saya aja merasa takut plus ngeri, tapi sok cool aja. Setelah saya cek betul – betul, matikan mesin, speedometernya rusak ternyata, memang nunjuk ke 100 km/jam terus. Ha ha… Asem.

Acara belogo di mulai dengan kategori pria dulu baru wanita. Saya juga di ajak untuk meramaikan, oke lah, itung – itung, saya jarang – jarang maen logo. Ternyata cukup susah maen logo, kebanyakan maen feeling untuk aimingnya, itupun kalo sudah tau tehnik memukul logo. Singkat cerita saya gak ada hit dari 3 target yang disediakan. Sedangkan beberapa peserta lain, ada yang berhasil hit target terjauh.




















Saya gak bisa lama – lama, jam sudah menunjukan pukul 15.30, saya musti kembali ke homestay, ada David dari komunitas Jelajahi Kubar yang akan datang menjemput saya. Sore ini saya menagih janji mereka yang akan mengajak saya ke spot Ngopi yang viewnya Subhanallah, cantik betul, Puncak Bojok namanya. Puncak ini ada di Tering, dan spacenya gak terlalu luas, namun cukuplah untuk menampung 20 an orang jika mau space yang nyaman. Dari Melapeh perjalanan sekitar 10 – 15 menit dengan sepeda motor, ada banyak teman yang bergabung, ada David, Indra, Cebong, Hamri, Deny dari Jelajahi Kubar trus ada Joe dkk dari MTMA Kutai Barat, Ticen dkk dari Kubar Petualang & Kubar Kreatif, dan satu lagi teman dari tenggarong yang saya lupa namanya (Maaf busu, maklum aja dah tuha nyawa ni) yang sekarang sudah jaya di kubar (Direktur Bank BRI). Singkat cerita kami mulai gelar terpal, prepare untuk buat kopi, sayang kopi excelso yang sy bawa dari rumah udah habis (2 malam berturut – turut ngasih minum anak – anak komunitas yang bertandang di homestay), untung ada kopi lokal yang di bawa cebong, bukan stok kopi baru sih, tapi stok agustus silam. Ceritanya mau ngasih saya pas Festival Tanjung Isuy, eh, malah gak terealisasi saking luasnya tanjung isuy dan padatnya jadwal dia ngevlog pas festival.  

Saya mulai prepare masak kopi, supaya nanti ada banyak waktu untuk menikmati sunset sambil ngopi. Indra Helat yang sudah janji2 manis akan mendokumentasikan saya kalo datang kesini, menepati janjinya dengan membawa drone. Kopi sudah disajikan & dibuat 2 kali, saatnya menikmati pemandangan sekitar Tering yang di dominasi hutan dan Sungai Mahakam beserta beratapkan awan senja.











Nikmat sekali kami mulai ngobrol hingga malam mulai tiba, kembali ke Melapeh dan melihat acara Intootn. sebuah seni dongeng dari Suku Dayak Tunjung rentenuukng di Melapeh. Ada 5 peserta yang di dominasi para tetua, baik pria maupun wanita. Anak – anak nampak antusias mendengar bermacam – macam dongeng yang di sampaikan dengan gaya masing – masing, ada yang mendongeng sambil duduk, maupun berdiri. Karena di lombakan, Intootn dibatasi hanya 10 menit.
















Day 4 : Hari terakhir acara Festival Samukng Aluur, ada Expose Wisata untuk jaringan Pokdarwis Koridor Mahakam. Jaringan yang digagas oleh WWF ini mengundang beberapa perwakilan Pokdarwis di Kabupaten Mahakam Ulu, Kutai Barat & Kutai Kartanegara. Sayang, banyak pokdarwis yang berhalangan hadir karena sibuk dengan agenda masing – masing di desanya. Namun tetap, acara ini berlangsung dengan banyak sharing & diskusi membangun. Siangnya di lanjutkan dengan parade Kriokng, pakaian tradisional Suku Dayak Tunjung di Danau Aco. Parade ini lebih mirip seperti fashion show ala catwalk, namun bukan di ruangan indoor namun di luar, yakni di jembatan Danau Aco. Ide ini sangat brilian dan menghibur, ada model anak- anak dan dewasa, baik pria maupun wanita. Setelah parade di lanjutkan dengan lomba mendayung bambu di Danau Aco. Kegiatan ini juga di buka untuk umum, baik pria maupun wanita. Malamnya di adakan hiburan pertunjukan music dan pembagian hadiah lomba di Luuq Melapeh



































Day 5 : Saya pamit dan kembali ke Balikpapan via udara






Comments