Explore Our Paradise (29-31 Januari 2021) Day 3

Jam sudah menunjukan hampir pukul 17.00, kami pamit kepada Kepala Desa dan segenap pengurus Pokdarwis Suka Alam, Desa Suka Bumi, untuk melanjutkan perjalanan menuju Desa Kedang Ipil. Terima kasih atas jamuannya, luar biasa, semoga Allah membalas kebaikan kalian. 

Perjalanan di tempuh sekitar 30 menit dengan kondisi jalan yang perpaduan antara jalan yang sudah di semen, tanah berbatu dan aspal. Kami berkumpul di Balai Desa, dan beberapa penari tampak sudah menunggu kami, ternyata mereka sudah menunggu sejak lama. Kami sendiri tidak tahu mereka menyiapkan tarian selamat datang sehingga kami santai saja diperjalanan (Maaf ya, jadi merepotkan kalian). Ritual pembacaan mantra dengan bahasa lokal, Bemamang, dibacakan oleh salah satu pengurus adat di dampingi tetua adat yang sudah tidak asing bagi kami, Kayik Tajudin. Beliau salah satu Dewa yang biasanya dipercayakan untuk menyawai (sebuah ritual) Sultan Kutai Kartanegara Ing Martapura pada penyelenggaraan ERAU, acara adat Kesultanan yang diadakan setiap tahun di Tenggarong. Lalu dilanjutkan dengan tarian pupur yang ditampilkan sekitar 10 penari wanita yang usianya masih belia. Kami berjalan berlahan menuju balai desa sambil melewati barisan penari. Penari ini akan menari sambil menorehkan bedak ke bagian muka dan kami pun juga bisa membalas hal yang serupa kepada penari. Di balai kami menaruh barang - barang, balai besar ini akan menjadi tempat istirahat kami termasuk untuk urusan makan juga di sini. Ada dapur di bagian belakang balai, sehingga layaknya homestay namun dengan kapasitas yang lebih besar. Untuk welcome dinnernya kami di suguhkan dengan air aren dan pohon aren. Beberapa sambutan oleh tuan rumah dan saya sebagai leader rombongan, lalu di lanjutkan dengan menampilkan beberapa permainan tradisional, seperti bakiak, enggrang, lari bata, gasing, logo hingga behempas.  





Malam harinya kami disajikan hidangan lokal di balai.Hidangan sederhana yang berupa nasi, sayur, lombok dan ikan asin. Sedap... Dan kami di persilahkan untuk nambah kalo masih merasa kurang. Bertepatan dengan kedatangan kami, ada sebuah prosesi adat, ritual kematian, salah satu warga desa kedang ipil yang sudah meninggal. Ritual ini menampilkan tarian belian, sebuah tarian sakral yang hanya dilakukan oleh orang tertentu dan momen tertentu. Tujuannya pun berbeda - beda, seperti untuk menyembuhkan orang yang sakit maupun kematian. Kami di persilahkan untuk berbaur dengan warga yang ada di dalam dan di luar rumah, Ritual ini bertujuan untuk menghibur keluarga yang berduka supaya tidak bersedih terlalu lama atau berlarut - larut. Sebelum tengah malam, kami pamit untuk beristirahat


Esok harinya, hari terakhir di kegiatan Explore Our Paradise, kami melihat proses pengambilan air aren di samping balai, masih dengan metode sederhana dan tradisional. Tangga di buat dari bambu yang di lubangi di bagian samping, kiri kanan, untuk dimasukan kayu sebagai pijakan. Bambu untuk menampung air aren akan di ikat dengan seutas tali sehingga bisa memudahkan yang mengambil air saat memanjat dan tinggal di tarik saat sudah di atas pohon, tinggal tarik dan ulur. Icip - icipi dulu air aren murni, kali mau yang asam musti di diamkan dulu sekitar 2 - 3 hari. Air aren lalu akan di masak menjadi gula aren dengan durasi sekitar 4 - 5 jam, tanpa campuran tambahan. Sambil menunggu proses gula aren selesai kami lanjut untuk mengunjungi aliran air terjun Kandua Raya untuk mandi maupun rileksasi. Akses kesana sekitar 1.4 km, bisa jalan kaki atau dengan sepeda motor, trus di weekend biasanya ada ojek yang stand by di pos masuk. Seger pokoknya. 

Kembali ke Balai, belanja oleh - oleh (gula aren), kami pamit dan kembali ke Tenggarong - Samarinda 





Comments