Explore Mahakam Ulu bersama Exotic Kaltim (Januari 2020)



Day 1 (12 Januari 2020)
                Perjalanan dimulai, exotic kaltim memulai perjalanan dari Samarinda, dan saya menunggu di Tenggarong. Sekitar pukul 22.00 wita mobil Hiace tiba, muat barang, gass menuju Tering, Kabupaten Kutai Barat. Perjalanan akan memakan waktu lama dari pada biasanya, kondisi jalan sedang rusak, lubang dimana – mana, jadi gak cuman di laut terasa terombang ambing, di darat pun bisa, itulah hebatnya di Kaltim


Day 2 (13 Januari 2020)
                Sekitar jam 9 kami tiba di Tering, bongkar barang ke Speed Boat, dan gass lagi. Tujuan pertama explorasi wisata unggulan Mahakam Ulu adalah Makam Datu Keramat yang ada di Pulau Keramat, Mamahak Teboq, Kec Long Hubung. Oke, tempat pertama yang kami kunjungi adalah Pulau Keramat di Desa Sirau, Mamahaq Teboq, Kec Long Hubung, Kab Mahakam Ulu. Ada makam Datu Kramat, Syehk Abdu Saman bin Syehk Abdullah yang wafat di tahun 1778. Dikatakan keramat oleh warga setempat karena saat banjir besar, kuburan beliau tidak pernah terendam. Masih minim informasi yang kami dapat tentang siapa Syehk Abdu Saman, dan sejarahnya. Namun yang pasti ada beberapa kuburan lainnya disekitar makam. Seperti Kuburan Habib Abdullah bin Salam Al-Hasani, kelahiran Kalsel 4 Mei 1923 dan wafat tahun 2011. Ada juga kuburan veteran, H Atak Badaruddin, kelahiran tahun 1930 dan wafat tahun 2005. Beliau adalah anggota Pasukan Beruang Merah di Bedandan (Batola) yang bergabung dengan Bn 10 ALRI Divisi IV Kalimantan. Anggota Yon 606 Beruang Hitam Prajurit NRP 241500 antara tahun 1950 - 1954. Anggota Corp Tjadangan Nasional (CTN) tahun 1954 – 1956. Yang menarik juga ada kuburan dari etnik Sulawesi, Ambo Dalle Bin Makuaseng yang wafat di tahun 1995. Perjalanan di teruskan lagi, kali ini kami mampir di Datah Bilang sekaligus istirahat makan siang. Datah Bilang merupakan kampung Etnis Dayak Kenyah, dan disini terdapat 2 Rumah Panjang Suku Dayak Kenyah yang berada di Ulu dan ilir kampung. Kami mengunjungi Petinggi Kampung & Kepala Adat untuk silahturahmi sekaligus mencari informasi terkait Sejarah Kampung Datah Bilang, dan juga informasi lainnya. Dari Datah Bilang kami lanjutkan lagi perjalanan menuju Long Hubung. Di Long Hubung kami juga mengunjungi kantor petinggi setempat dan mendokumentasikan beberapa bangunan tua, terutama Gereja. Gass lagi dari Long Hubung menuju Laham, disini ada Gereja Katolik dan Sekolah Katolik pertama di Kalimantan Timur, dan tempat terakhir kami mampir di Rumah Mama Mia di Long Bagun sekaligus untuk beristirahat di malam pertama. Sebelumnya liat keindahan Batu Tenvaang dulu dong, Bukit tinggi batu kapur yang merupakan salah satu ikon Kabupaten Mahakam Ulu.












Day 3 (14 Januari 2020)
                Pagi – pagi, tradisi rebutan wc dan kamar mandi di mulai. Sebelum melanjutkan perjalanan, sarapan dulu genk. Tujuan kali ini gak jauh, Sungai Alan di Desa Batu Majang. Dengan Ketinting kami menuju Sungai Alan yang airnya jernih dan hutan yang masih asri. Di sini ada jalur tracking yang sudah dibuatkan jalan semen hingga ke pondok yang ada di ujung jalur tracking. Nah, disana kita bisa mandi di aliran sungai alan yang lumayan deras, spotnya paten kali. Kami kembali untuk mencari spot karangan untuk ngopi. DIsini sempat terjadi kasus, dimana drone dery nyangkut di dahan pohon yang tinggi, gak bisa di apa – apain lagi kecuali di jatuhkkan. Dengan bantuan motoris yang rela masuk hutan untuk mencari bambu panjang, dery dengan perjuangan yang luar biasa akhirnya bisa menjatuhkan drone dan di sambut oleh teman – teman yang sudah siap sebelumnya dengan bentangan kain, salah sedikit, drone akan nyemplung ke air. Namun yang paling menderita disini adalah Nanda, karena lupa pakai baju saat akan membantu dery manjat pohon, sehingga sekujur badannya bentol – bentol di gigit agas. Edisi ngopi kalo ini gak dikasih mulus, tapi ditambahin semacam “challenge”, jadinya ketar ketir semua. Kami kembali ke rumah Mama Mia di Long Bagun untuk istirahat, sedangkan 4 rekan lainnya menuju spot Air Terjun Hongkong di Ujoh Bilang dan sedikit urusan di Kantor Pariwisata Mahakam Ulu.







Day 4 (15 Januari 2020)
                Sebelum berangkat meninggalkan Long Bagun, semua anggota di beri gelang manik oleh Bapak Mia, Wang. Tradisi unik Dayak Bahau kepada tamu yang selama ini terus terjaga. Kali ini tujuan kami adalah ke Goa Tengkorak, yang ada di area Perusahaan Kayu, PT Roda Mas Timber di Sungai Boh, Long Pahangai. Kami mendatangi pihak perusahaan terlebih dahulu untuk ijin, lalu menuju Goa Tengkorak dengan di bantu 2 buah mobil lapangan untuk menuju ke lokasi, termasuk 1 orang security sebagai penunjuk jalan. Ada 2 buah jembatan gantung yang musti kami lewati satu persatu, lalu sebuah bukit batu dimana ada 2 lokasi kuburan Dayak Kayan yang berada di celah – celah besar. Lokasi pertama cukup mudah, sudah dibuatkan tangga, namun lokasi ke 2, kami harus sedikit masuk lebih dalam dan memanjat bebatuan tajam yang lumayan curam. Kondisi Kuburan Dayak Kayan yang diperkirakan sudah berusia ratusan tahun ini lumayan bagus, masih ada lungun (Peti mati) yang berisikan tulang belulang dan beberapa di antaranya dengan senjata yang sudah berkarat.


























                Dari Goa Tengkorak kami kembali ke Perusahaan dan pamit untuk melanjutkan perjalanan. Kali ini kami harus siap fisik & mental karena akan melewati Jeram Udang, 1 dari 2 jeram ganas yang kerap memakan korban. Karena speed boat yang kami gunakan cuma menggunakan 1 mesin, di tambah Jeram Udang nampak bergelora hari itu, motoris memutuskan untuk menurunkan penumpang di titik aman, dimana penumpang bisa berjalan kaki hingga melewati jeram Udang. Sedangkan motoris melaju dengan ditemani ABK yang siap siaga di bagian mesin, berjaga -  jaga jika suatu saat mesin mengalami gangguan. Alhamdulillah speed boat berhasil melewati jeram dan menunggu kami di ujung jeram, sedangkan kami dengan pelan – pelan berjalan kaki di sisi sungai yang penuh dengan bebatuan besar.





                Perjalanan di lanjutkan lagi melintasi jeram ke 2, Jeram Panjang. Disini kami mau tidak mau harus ikut speed boat, karena tidak ada titik aman untuk penumpang seperti di Jeram Udang, Alhamdulillah kami sukses melintasi jeram panjang termasuk bisa menikmati keindahan Air Terjun Kenheq yang ada ditengah – tengah jeram. Di Long Tuyo’ kami mengunjugi Kantor Petinggi untuk silahturahmi sekaligus menggali informasi. Perjalanan di lanjutkan lagi ke Long Pahangai, dimana menjadi tempat istirahat kami di hari ke 4. kami menginap di salah satu Lamin etnis Dayak Bahau, dimana yang menjaga Lamin masih ada kerabat dari anggota Tim Exotic Kaltim, Sisilia Bulan. Di Lamin ibu – ibu sedang berkumpul untuk mengolah rotan untuk dijadikan kerajinan tangan, teman – teman ada juga yang ingin mencoba sambil di awasi secara santai oleh ibu – ibu.














Day 5 (16 Januari 2020)
                Kami lanjutkan lagi perjalanan menuju Tiong Ohang. Sekitar 2 jam setengah perjalanan kami akhirnya tiba. Di Tiong Ohang, kami menginap di rumah Bapak Dalung. Waktu kami manfaatkan untuk ngobrol tentang sejarah, seni budaya & potensi wisata yang ada. Dari perbincangan santai ini kami mendapat banyak informasi dan 3 lokasi rencananya akan kami explore hari itu juga, sedangkan plan ke Long Apari terpaksa kami batalkan karena keterbatasan waktu. Kami mulai bersiap – siap untuk tracking ke Diang Musing, Diang dalam bahasa Aoheng adalah Bukit, sedangkan Musing adalah Tikus. Perjalanan awalnya landai, lalu mulai berbukit dan terakhir kami harus memanjat bebatuan tajam. 3 orang pemandu dari keluarga Bapak ikut serta, Iyus, Juk dan satunya lagi saya lupa namanya. Ada beberapa teman yang mulai kecapekan, namun dengan dorongan semangat akhirnya mereka bisa lanjut lagi. Alhamdulillah semua berhasil memanjat Diang Musing, viewnya Masyaallah, indah sekali. Dari sini kita bisa melihat pemandangan sekitar yang memang topografinya adalah kawasan tinggi. Terik matahari yang menyengat di siang bolong membuat 6 botol air mineral ukuran 1 liter terkuras cepat, semuanya pada dehidrasi. Waktu kami manfaatkan sebaik – baiknya lalu lekas turun, hal ini bukan tanpa alasan, cuaca bisa berubah kapan saja, jika turun hujan, ini akan sangat menyulitkan karena jalur turun yang curam dan pastinya berbahaya. Betul saja, saat kami akan tiba di titik akhir, hujan mulai gerimis, satu persatu mulai tergelincir karena jalan tanah yang mulai licin. Namun kami berhasil sampai di pondok tepat pada waktunya, sehingga barang – barang elektronik aman dari kebasahan. Tujuan berikutnya adalah Air Terjun Kohong Tempuse yang berada tidak jauh dari pondok, tepatnya di sisi anak sungai. Kami pun mandi – mandi dan bersantai sambil mengembalikan stamina di aliran air terjun yang dingin menyegarkan. Terakhir kami mengunjungi pondok bapak Dalong yang berada di Muara sungai, mengambil sayur – sayuran di kebun, ngopi di pondok dan makan durian. Alhamdulillah. Selepas itu kami kembali ke rumah di Tiong Ohang dan beristirahat

















   
 





Day 6 (17 Januari 2020)
                Sesudah sarapan kami pamit kepada keluarga besar Bapak Dalong atas kebaikannya yang menampung kami. Kami kembali ke ilir sungai mahakam, melintasi lagi Jeram Panjang & Udang, dan kali ini tanpa disuruh jalan kaki, semua dihajar dengan gagah berani. Malah kami di ajak berhenti sebentar di Air Terjun Kenheq yang ada di tengah – tengah jeram panjang, keren. Lalu masuk ke salah satu anak sungai untuk mencari spot makan siang. Akhir perjalanan hari itu kami berhenti di tempatnya Bulan di Mamahaq Tebok.







Day 7 (18 Januari 2020)
                Sebelum pulang kami mengikuti ritual dahulu, rupanya beberapa anggota Exotic Kaltim sudah ada yang di angkat menjadi bagian dari keluarga besar oleh Bapak Bulan, sedangkan yang baru akan di angkat menjadi keluarga besar, termasuk saya. Ritual ini juga dibarengi dengan pemberian nama Dayak Bahau oleh Bapak Bulan, yang nama – nama pilihan sudah tertulis di kertas, dilipat dan di pilih secara acak oleh teman – teman. Rupanya nama – nama ini sudah dipilih secara khusus oleh Bapak Bulan yang sebelumnya saya liat mengamati secara khusus kepada teman – teman yang akan diberi nama. Dengan mantra & doa dalam bahasa Bahau, ritual pemberian nama di mulai. Satu persatu mengambil nama yang sudah terlipat rapi di atas piring yang berisikan telur ayam, beras dan lilin. Telur ayam di lubangi dan dioleskan ke tangan kanan, lalu beras di hambur di atas kepala di iringi dengan sentuhan Mandau dibagian yang sama, trus di gigit dan di taruh secara perlahan di bawah jari kaki. Done, semua sudah resmi menyandang nama dayak bahau, saya sendiri mendapat nama Liah. Kami berkemas – kemas lalu pamit kepada Keluarga baru kami, perjalanan menuju Tering dengan speed boat kini tanpa berhenti, gass poooollll. Lalu lanjut lagi dengan mobil balik ke Tenggarong / Samarinda. Saya berhenti di Tenggarong sedangkan teman – teman lanjut ke Samarinda.





Comments