Explore Muara Siran (September 2020)

            Desa Muara Siran berada di Sungai Kedang Kepala, Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Muara Siran memiliki kawasan hutan gambut di sekitar Danau Siran yang luasnya sekitar 750 Ha. Di huni Etnis Kutai dan Banjar dan mayoritas berprofesi sebagai nelayan & petani. Kami berkesempatan untuk mengunjungi Muara Siran saat ada kegiatan Bimbingan Teknis Pengembangan SDM & Potensi Wisata Desa yang di selenggarakan oleh PT. Bara Tabang yang bekerjasama dengan DPC HPI Kutai Kartanegara. Sebagai inisiator DPC HPI Kukar juga mengundang Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Kartanegara, Tahta Travel, Ketua Pokdarwis Pela, Komunitas Mahakam Explore & Exotic Kaltim.

        Kegiatan Bimtek di selenggarakan selama 2 hari, dengan beberapa materi yang di bawakan oleh beberapa narasumber dengan berbagai background seperti yang sudah diterangkan sebelumnya. Mulai tentang Pokdarwis, Pemandu Wisata, Homestay, Pembuatan & Desain Paket Wisata, Tourism Digital Marketing dan Manajemen Pokdarwis. Tidak hanya teori tapi kami juga mengajak peserta untuk berdiskusi, berinteraksi & belajar membuat keputusan saat materi di sampaikan. Kegiatan ini tetap menggunakan Protocol Kesehatan, membatasi jumlah peserta dengan hanya menghadirkan 10 orang peserta, menyiapkan masker, hand sanitizer, menjaga jarak, serta semua narasumber di wajibkan melakukan Rapid Test sebelum menuju lokasi kegiatan.

Tambahkan teks













            Di hari ke 3, kami berkesempatan untuk mengexplore Muara Siran. Tujuan utama adalah Danau Siran namun kami perlu melihat & mencari daya tarik wisata lainnya. Jadi kami berjalan kaki berkeliling desa sambil di temani Rodi, Penggerak Pokdarwis di Muara Siran dan rekan – rekan yang lain. Kami harus banyak bertanya – tanya tentang sejarah, seni budaya, kearifan lokal dan hal – hal lainnya. Kesulitannya adalah bagi mereka item – item yang bagi kami menarik, bagi mereka karena sudah merupakan hal yang biasa, jadi sering terlewatkan. Kami mulai menanyakan seni budaya, tingkilan dan jepen. Terucapkan satu nama, Nek Not, seniman senior yang sudah berusia dan mulai tidak bisa mengingat hal yang umum, mulai umur sampai nama beliau sendiri. Namun untuk urusan bermain gambus (gitar tradisional etnis kutai) tidak usah di pertanyakan lagi. Jari jemarinya menari dengan lincak memetik senar dan memainkan irama musik. Ketika di minta bernyanyi, Nek Not menolak halus, factor usia membuat beliau tidak bisa lagi bernyanyi.




            
Dari rumah Nek Not kami mulai menuju kawasan hutan Metoh Halus yang ada di belakang desa Muara Siran. Jembatan kayu ulin mentok di ujung kampung, tepat di sisi hutan, jadi kami harus turun ke bawah dan mulai masuk kedalam. Viewnya lumayan bagus, banyak pohon Perepat, ada anak sungai kecil, tinggal di konsep pondok kekinian lengkap dengan toilet, dan desainnya harus agak tinggi, karena rentan terendam saat banjir. Kami kembali ke kampung dan mengambil beberapa footage di BPU untuk melihat beberapa warga yang mengikuti workshop menganyam rotan & enceng gondok. Kebanyakan mereka membuat semacam pot untuk bunga, tempat tisu dan beberapa produk simple lainnya. Muara Siran juga memiliki beberapa makam para Auliya. Diantaranya ada makam Al Habib Mahmud bin Nur bin Yahya Al Hasani. Yang menarik ada juga makam Daeng Majeppu (Sulawesi), kisahnya masih belum sempat saya ketahui secara pasti, namun termasuk makam yang di keramatkan oleh warga.







            Siang hari kami bersiap – siap menuju Danau Siran, dengan 4 ketinting berukuran sedang kami mulai melaju pelan – pelan memasuki anak sungai yang ada di tengah kampung. Perjalanan memakan waktu sekitar 45 menit dengan jarak sekitar 15 km. Rakit wisata yang di buat oleh PT. Bara Tabang ini sangat menarik dari segi desainnya yang minimalis dan bisa di sebut kekinian karena menunjang untuk spot foto – foto. Ada ruang santai, kantin, toilet dan di lengkapi dengan perahu – perahu kecil yang bisa di sewa untuk di gunakan di sekitar rakit. Kami makan siang terlebih dahulu baru sebagian tim menuju kawasan hutan gambut yang berada tidak jauh dari rakit wisata. Kawasan hutan gambut di muara siran termasuk kawasan yang di lindungi dan kerap di kunjungi para peneliti mancanegara. Lapisan gambut lumaan dalam dan perannya sangat penting untuk menunjang ekosistem di sekitarnya. Sayang kondisi air sedang surut, jadi perahu tidak bisa masuk kedalam hutan, tapi kami masih bisa memasuki kawasan hutan gambut dengan berjalan kaki. Kembali ke rakit wisata, teman – teman ada yang mandi di danau, main perahu, sedangkan tim Exotic Kaltim masih sibuk mencari footage tambahan, baik dengan kamera mirrorless maupun drone. Sore hari tradisi ngopi mulai dijalankan sambil menunggu sunset. Setelah senja usai, kami langsung berkemas – kemas untuk kembali ke  Muara Siran. Gerimis mulai turun namun Alhamdulillah tidak semakin lebat. Gelapnya malam sedikit membuat khawatir kalo terjadi apa – apa di jalan, Alhamdulillah teman – teman motoris sudah berpengalaman dan kami tiba di Muara Siran dengan selamat. Kami tidak bisa berlama – lama, dari ketinting kami pindah ke Speed Boat PT. Bara Tabang dan meluncur ke homestay kami yang ada di Muara Kaman.









Tambahkan teks









           Sebuah pengalaman yang luar biasa menarik di Muara Siran, semoga semua tahapan – tahapan kegiatan ini bisa membantu teman – teman untuk mengembangkan SDM & Potensi wisata desanya. Semoga dengan ini teman – teman bisa membentuk Pokdarwis secepatnya, supaya rangkaian kegiatan lanjutan lainnya bisa cepat di laksanakan kembali

 

Comments