Explore Penyinggahan (Agustus 2020)

                 Yarhan, merupakan teman sekomplek saat saya masih menetap di Tenggarong, tepatnya di jalan Mangkuraja 1. Dan juga teman kampus saat kuliah di Unikarta, Tenggarong. Yarhan merupakan putra daerah Penyinggahan, kampung kutai yang masuk di wilayah Kabupaten Kutai Barat. Keinginannya sangat kuat & menggebu – gebu untuk menjadikan Penyinggahan sebagai Desa Wisata, sampai – sampai rela merogoh kocek sendiri. Salah satu keseriusannya adalah membuat Penginapan di Penyinggahan, tepat di atas Pelabuhan. Beberapa figur mulai dia ajak ke Penyinggahan untuk memberi pendapat, saran & motivasi, yang pertama adalah Syafrudin Pernyata, wartawan senior dan mantan Kadisparprov Kaltim. Berikutnya dia ingin mengundang Komunitas saya (Mahakam Explore) untuk bisa membantu mengexplore potensi wisata di Penyinggahan. Hal ini lah yang membuat dia mulai menghubungi saya untuk berdiskusi. Beberapa kali kami ngobar di warung kopi, merencanakan beberapa persiapan. Alhamdulillah rencana ini terealisasi, dan saya tidak sendiri, ada Aji, Zakir dan teman – teman dari Exotic Kaltim yang turut bergabung (Mirza, Ando & Mulyadi)

Hari Pertama (6 Agustus 2020)

                Sekitar pukul 7 pagi, saya di jemput teman – teman yang start dari Samarinda. Kami menuju Tenggarong untuk menjemput Mulyadi di Bukit Biru, lalu sarapan pagi. Yarhan tiba tidak lama kemudian dan akan berangkat dengan membawa mobil sendiri. Perjalanan di lanjutkan menuju Oloy yang memakan waktu sekitar 2 jam. Obrolan di sepanjang perjalanan mulai ramai. Maklum, kami sudah lama gak trip bareng seperti ini, gak lengkap, ini aja masih kurang lengkap, 2 mobil baru lengkap. Tapi kasihan ntar yarhan, karena dia yang modali semua, dari sewa mobil, ketinting sampai penginapan dan makannya ntar di Penyinggahan.

Dari Oloy perjalanan di lanjutkan menuju Penyinggahan dengan menggunakan Ketinting. Kondisi sungai mahakam sedang surut, jadi kami tidak bisa mengambil rute pintas melalui Danau Jempang, jadi tetap melalui sungai mahakam. Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam dengan jarak 24 km (Pake GPS). Nyaman rasanya bisa nyusuri sungai mahakam lagi, ritual gak boleh kelewatan. Dengerin musik pake headset sambil ngopi, okok, de bes sudah itu, nikmat sekali bagi saya, Alhamdulillah. Apalagi di ketinting ini tersedia bantal, tempat duduk empuk, ada colokan charger lagi, uwow.

Di Pelabuhan Penyinggahan kami tidak langsung bisa naik, tapi di cek suhu badan dan musti menjawab beberapa pertanyaan dari tim kesehatan. 


Setelah semua beres lalu kami naik ke Penginapan. Di Penginapan Rajabi kami mulai menempati kamar masing – masing yang di isi 2 orang dengan double single bed. Namanya penginapan baru cuy, semuanya serba baru, dari kasur, bantal, sarung sampe kipas angin dan cat dinding. Makan siang sudah tersaji di meja makan yang disiapkan di ruang tengah, menu tradisional khas etnis kutai, ada gangan (sop sayur), Ikan bakar, ikan asin, ikan goreng, dan oseng – oseng sayur. Setelah makan siang kami mulai bersiap – siap untuk mengambil gambar, yakni proses penyambutan tamu saat tiba di Pelabuhan, 2 Kantor Desa bergabung untuk meramaikan, ibu PKK, dan Lembaga Adat.  Jadi di jaman dulu, ada tradisi menerima tamu dengan mengusung tamu menggunakan tandu (dari bambu), dari Pelabuhan hingga ke daratan. Khusus untuk orang penting saja. Alhamdulillah, kami gak merasa kayak orang penting, tapi merasa bangga karena di hargai. De bes kuy… Pengambilan gambar selesai dalam waktu beberapa jam, kami kembali ke Penginapan untuk santai dan istirahat.











Sore hari kami lanjut untuk proses pengambilan gambar yang kedua, yakni menuju Danau Jempang melalui anak sungai yang ada di Ilir kampung Penyinggahan. Dengan 5 ketinting kecil kami menuju Danau Jempang, karena ketinting besar tidak bisa lewat, terlalu sempit dan dangkal.  Di danau kami mengambil gambar aktifitas nelayan seperti menjala dan memancing. Cuaca lagi bagus – bagusnya, proses pengambilan gambar berjalan lancar, baik yang pake kamera dlsr, mirrorless sampe drone. Cuman yang underwater aja gak ada, gelap coy. Kembali ke Penyinggahan saat senja, 1 ketinting ketinggalan, kandas, karena lupa mindahin orangnya, kebanyakan, jadinya berat. Tapi Alhamdulillah mereka bisa sampai di Penyinggahan.
















Malam harinya kami diskusi santai di Penginapan, mencoba menggali informasi tentang potensi wisata desa yang ingin mereka kembangkan. Turut hadir di antaranya ada Pak Camat Penyinggahan, Kades & Sekdes dari 2 Desa (Penyinggahan Ulu & Ilir) dan warga lainnya, termasuk dari Lembaga Adat.


Hari Kedua (7 Agustus 2020)

                Agenda hari ini kami akan mengexplore potensi wisata di Penyinggahan Ulu. Setelah sarapan pagi yang berbobot di penginapan, mandi kembang, pedicure, dan tidak lupa make up dulu, kami menuju Penyinggahan Ulu. Setelah beberapa menit naik motor, ternyata kami mampir di Kantor Desa Penyinggahan. What a surprise, kantor desa lagi dandan cantik guys, ada tenda gede dilengkapi dengan bangku, meja makan dengan berbagai makanan tradisional, serta perlengkapan sound system, musik lengkap dengan artisnya. Ternyata kami di jamu guys, Masyaallah. Asli, di luar ekpaktasi kami. Hal kayak ini biasa sudah kami alami saat masih jalan bareng tim UJS, Disparprov Kaltim, beberapa tahun yang lalu. Namun untuk kami yang hanya komunitas, wow, sebuah kejutan besar, kami sangat, sangat sangat terharu dan berterima kasih, semoga kami gak mengecewakan. Ha ha… kami  mulai memasuki halaman Kantor desa di iringi para anak – anak yang memakai baju tradisional sambil menaburkan kembang – kembang sampai ke bangku para undangan





                Acara di mulai dengan sambutan – sambutan, lalu penampilan seni. Ada tarian jepen dan juga dari etnis dayak kenyah, lalu pembuatan tas dengan bahan dasar tali plastic, dan di tutup dengan menyantap kuliner. Mulai dari Nasi Bekepor, Pirik Cabek Buah Kuini, Nasi Pisang, Pisang Rebus, Taus Labu, Gangan Labu Sahang, Gangan Hubi, Sagon, Ongol – ongol, Golongan Ayam, Kelompak Jabau, Serabai, Kicak dan lainnya. Semuanya di cicipi, sayang, mubazir kalo gak di habisi. Proses pengambilan gambar pagi ini selesai, saatnya kembali ke Penginapan.




















Siang hari kami lanjut lagi, yakni menuju Sungai Balan. Pak Camat jemput langsung pake mobil lapangan di dampingi aparat desa Penyinggahan Ulu dan kawan – kawan Karang Taruna. Kawasan sungai ini akan di kembangkan menjadi salah satu objek wisata nantinya. Kami melakukan tracking, gak jauh, sebentar aja. Di aliran anak sungai kecil ini terlihat banyak sebatan ikan kecil, jadi gatal mau nangguk, jala, untuk mengetahui jenis ikan apa saja yang ada disana. 







Lalu perjalanan kami lanjutkan menuju Teluk Sungai Balan. Sebuah teluk sisi sungai mahakam yang di sisinya ada kebun jagung warga setempat, viewnya mantab, trus ada sanggah juga (alat tangkap nelayan yang menggunakan jala dengan rakit terapung kecil sebagai pondasinya). Kembali ke Penginapan kami istirahat sebentar lalu lanjut menuju belakang kampung. 




Kali ini kami mau ritual genk, ngopi, ngobrol, nyantai sambil nyunset. Ada jembatan ulin yang cukup panjang dari sisi jalan ke arah rawa, de bes spotnya, berandai – andai ada spot kayak gini di sisi danau. Khusus untuk ini, saya udah bawa 1 box khusus yang isinya perlengkapan kopi, mulai dari kompor portable, French press, gelas, susu kental manis sama kopi. Karena dadakan, kopinya kita beli yang cepat aja, Excelso. Alhamdulillah, view nya bagus, ngobrolnya seru, cara yang baik untuk menghabiskan waktu, what a wonderfull day.



Hari Ketiga (8 Agustus 2020)

                Hari terakhir di Penyinggahan masih tersisa sedikit program pengambilan gambar, yakni di Desa Penyinggahan ilir. Berbeda dengan hari sebelumnya, kini kami menggunakan model dari Penyinggahan sendiri, Sasmita. Di temani tim dari aparat desa, kami mulai mengunjungi beberapa spot, seperti Pembuatan Amplang (Ikan Belida / Pipih), Kerupuk ikan (Ruan / Gabus), Berangka (Anjat / Tas Punggung yang terbuat dari rotan & Bambu), dan kuliner olahan ibu PKK. Salah satu yang menarik adalah Ombong, sajian ikan asap yang bumbunya di masukan di bagian dalam perut ikan, dalam kasus kali ini, yang di gunakan adalah ikan Ruan. Setelah perutan ikan di bersihkan, racikan bumbu akan di masukan kedalam perut ikan lalu di asapi sekitar 10 jam. Kenapa lama? Supaya bumbunya meresap cin.











Setelah selesai kami kembali ke Penginapan untuk berkemas – kemas, untuk kembali lagi. Tapi gak langsung ke Tenggarong atau Samarinda, tapi mampir dulu di Muara Enggelam. Tapi bukan di post ini ya, di post selanjutnya.

Kami sangat senang sekali selama di Penyinggahan, di sambut dengan meriah, di jamu dengan luar biasa, makanan selalu tersedia, dan tempat tidur yang megah. Semuanya di luar perkiraan kami. Terima kasih Yarhan, Pak Camat, Aparat Desa Penyinggahan Ulu & Ilir, warga Penyinggahan dan semua yang terlibat. Semoga kedatangan kami bisa memberi manfaat guna mempersiapkan & mempromosikan potensi wisata desa.

 


               

Comments

Post a Comment