Kapal Wisata Susur Sungai Mahakam, Queen Orca (Agustus 2020)

                Kapal wisata susur sungai mahakam privat dulunya di tahun 90 an sangat hits di kalangan wisatawan asing, tak heran di jaman itu, banyak kapal sejenis yang hadir, bahkan kewalahan melayani tamu saat peak season. Namun sejak tragedy Bom Bali dan Marriot, secara drastic turut membuat tingkat kunjungan drop, ngefek kesemua daerah di Indonesia. Beberapa tahun berikutnya, perlahan namun pasti tingkat kunjungan wisatawan mulai naik seiring dengan stabilitas keamanan di Indonesia sudah membaik dan stabil. Namun berbeda dengan wisata susur sungai mahakam dengan kapal wisata yang rutenya hingga pedalaman (Kutai Barat & Mahakam Ulu), grup besar sebagai pasar utama, tidak seramai dulu. Kini banyak kapal sejenis yang sudah beralih fungsi, dan beberapa diantaranya kolaps.

                Koetai Permai II, tetap bertahan dengan sulitnya keadaan, termasuk sepinya job, hanya beberapa kali berlayar dalam setahun, merupakan indikasi yang tidak sehat dalam segi financial. Namun kini Koetai Permai II menjelma menjadi Queen Orca di bawah manajemen baru, yang menyiapkan konsep berbeda & strategi baru, mulai dari harga, service hingga paket wisata yang flexible & ekonomis. Setelah beberapa kali ngopi bareng sama manajemen baru, Bang Nala Arung, akhirnya yang di nanti – nanti tiba, ada Job perdana masuk. Walau sedang dalam masa sulit (pandemic Covid – 19), namun dengan protocol kesehatan, pihak managemen merasa confidence untuk tetap bisa berlayar dengan aman. 

Day 1 (15 Agustus 2020)

                Dari program tour yang di kirimkan kepada saya via WA, Kapal Queen Orca akan berangkat sekitar pukul 14.00, dari Tenggarong. Sekitar pulul 10.00 saya berangkat dari Bakungan menuju tenggarong, mampir dulu di rumah kakak di mangkurawang untuk nitip sepeda motor, habis Juhur baru menuju kapal yang posisinya sudah di dermaga warung tepian pandan. Hari mulai gerimis, gak mungkin minta antar sama kakak perempuan dengan cuaca begini, ya hak, via grab aja. Walau sempat di warnai dengan drama, (efek covid-19, lama gak pakai aplikasi grab), saya gak perhatikan titik jemput yang saat itu gpsx belum pas, yang berujung dengan drivernya nyasar di jalan sebelah. Namun dengan perhatian yang lemah lembut saya tuntun ojeknya kearah yang benar. Okeh, sebelumnya minta maaf dulu sama bang ojek atas semua yang tidak direncanakan, saya naik di motor dan gass menuju Dermaga Tepian Pandan. Di Kapal teman – teman pada santai, tamunya belum datang, kemungkinan molor. Ada Kapten Junai & Imis, Manager Nala Arung, Chief Billy & Tewez serta seniman Taufik. Sisanya adalah kru dari Tepian Pandan, sebuah warung makan yang melegenda karena kulinernya. Dulu lokasi tepian pandan ada di depan Museum Mulawarman Tenggarong, di sisi sungai mahakam. Kini sudah pindah di jalan KH.A. Mukhsin (Timbau), dekat Polres Kutai Kartanegara. Sekitar pukul 15.00 tamu akhirnya tiba, namun makan siang dulu di Tepian Pandan, 1 jam berikutnya baru naik kekapal. Sesuai anjuran Kementerian, Queen Orca sudah menerapkan protocol keselamatan dalam trip. Mulai dari menyiapkan cairan disinfektan di beberapa titik kapal, mengecek suhu tamu, hingga beberapa hari sebelumnya seluruh tim di wajibkan untuk rapid test. Pokoknya safety first. Cuaca yang gerimis mulai agak lebat, satu persatu tamu naik ke kapal, cuci tangan dan cek suhu, baru di tunjukan ke kamar masing – masing. Setelah itu tamu di persilahkan untuk naik ke lantai atas, untuk santai, nyemil, ngopi atau ngeteh sambil di temani hiburan musik elektone. Sambil di informasikan beberapa item lain yang ada di kapal, seperti toilet, kamar mandi & dapur. Untuk pelampung keselamatan, masing – masing sudah di siapkan di kamar. Beberapa tamu antusias untuk melihat view dan mendokumentasikan momen saat berada di teras depan dan belakang. Apa lagi saat akan melewati Jembatan Kutai Kartanegara dan Pulau Kumala, sebagian besar pada selfie – selfie, foto – foto & tik tok, eh, ngevlog, sisanya karaoke atau nyantai di ruang makan yang sekaligus recreation / meeting room. Perjalanan cukup lancar semua tamu nampak menikmati perjalanan. Malamnya (dengan kapal yang masih terus berlayar) tamu makan malam lalu di sambung dengan hiburan musik elektone, lalu santai lagi sambil ngobrol – ngobrol sampai tengah malam. Di perkirakan kami akan sampai di Muara Muntai esok pagi


Day 2 (16 Agustus 2020)

                Subuh, kapal sudah tiba di Pelabuhan PLN, Kayu Batu, Kecamatan Muara Muntai. Kru dapur mulai beraktifitas duluan untuk menyiapkan sarapan pagi, sedangkan saya memastikan motoris ketinting untuk on time di sekitar kapal. Program hari ini adalah menyusuri Sungai Mahakam hingga masuk ke Danau Jempang dan titik akhir di Jantur. Tamu sudah selesai sarapan pagi, 3 buah ketinting sudah siap, tamu satu persatu naik ke ketinting lalu kami memulai perjalanan menuju Danau Jempang & Jantur. Danau Jempang termasuk di 7 danau terbesar di Indonesia dengan luas sekitar 15.000 Ha, merupakan kawasan vital untuk masyarakat sekitar, khususnya nelayan yang setiap hari mencari ikan di danau. Danau Jempang masuk di 2 wilayah Kabupaten, Kabupaten Kutai Kartanegara & Kutai Barat. Desa Jantur berada tepat di jalur saat kita akan memasuki Danau Jempang, di huni oleh etnis Banjar dari Kalimantan Selatan, mayoritas warga berprofesi sebagai nelayan dan Jantur masih di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, tepatnya masuk Kecamatan Muara Muntai. Kami menyaksikan banyak nelayan yang sedang beraktifitas di sepanjang jalur menuju danau, dan juga para agen ikan yang biasanya mangkal di beberapa titik di sekitaran danau, menunggu para nelayan yang ingin menjual ikan. Biasanya masing – masing agen ikan ada langganan tersendiri. Kami merapat di salah satu perahu agen ikan yang sedang membeli ikan dari nelayan. Kebanyakan jenis ikan tangkapan nelayan saat itu di dominasi ikan Biawan, sebagian kecil sisanya ada jenis ikan Nila, Patin, Lepok dan Udang. Para tamu nampak antusias melihat hasil tangkapan ikan, khususnya udang, sampai di ajak foto – foto, Agen ikan dan nelayannya cuman senyum – senyum. Gak cukup sampai disitu, ikan dan udangnya di beli juga, murah, langsung dari tangan pertama. Entah berapa kilo, yang pasti 1 keranjang plastic di bawa pulang ke kapal.











11.36 kami tiba di Kapal Queen Orca, Makan Siang lalu melanjutkan perjalanan. Tujuan berikutnya adalah Kota Bangun yang ada di arah Ilir, sehingga arah kapal memutar balik, bukan semakin ke hulu mahakam. Sekali lagi kami bisa menikmati perjalanan menyisiri sungai mahakam dari teras depan atau belakang kapal. Bagi saya tentu ini sebuah moment favorit, pemandangan hutan di kiri kanan, sungai mahakam, banyak jenis burung lainnya beterbangan bebas, di nikmati sambil duduk di teras belakang kapal, ngopi dan okok. Masyaallah, nikmat dari Allah yang selalu saya idam – idamkan. Kapal Queen tiba di Kota Bangun sekitar pukul 15.00 sedangkan tujuan wisata akhir kami adalah Danau Semayang untuk melihat sunset, masih lama kuy. Ya udah, nyantai lagi, karaoke, jalan – jalan di Kota Bangun. Jam 16.00 kami menuju Danau Semayang dengan menyewa 2 buah ketinting, rencana mau mampir bentar di Desa Pela, tapi di batalkan tiba – tiba oleh tour leader, jadi kami langsung gass ke tengah danau semayang. Pukul 17.00 kami tiba di spot yang bagus, dimana view danau semayang terlihat lebih luas, namun di jam begini matahari masih memberi panas extra sebelum nantinya melemah dan tenggelam, tapi masih lama, biasanya sunset di sini sekitar pukul 18.00, masih ada 1 jam untuk memanggang kulit dan menyilaukan mata. Salah satu tamu mau pindah perahu, memang saat itu 2 perahu saling terikat, rapat. Eh, gak taunya langsung loncat ke danau, byur… Semua pada kaget (apalagi yang lain yang masih didalam perahu), khususnya yang nyebur, ternyata dalam air cuman sepinggang. Ha ha... Ya udah, sekalian saya temenin, basah – basahan, sekalian bantu dokumentasi. Setelah melihat hasil foto – foto saya, yang lain pada pengen turun juga, mau di fotoin, akhirnya 3 orang cewek jadi model dadakan. Lumayan lah dari pada manyun di perahu, mending foto – foto sambil main air. Pukul 18.00 kami pindah spot, arah balik ke muara danau, di Tanjung Tamannoh, spot wisata yang di kelola Pokdarwis Desa Pela. Disini spotnya juga bagus kalo gak bisa ke tengah, sewa lazy bag untuk foto – foto kekinian. Kami sudah di tunggu Alimin (Ketua Pokdarwis Pela yang kini juga sebagai Ketua Forum Pokdarwis Se Kaltim) dan 1 rekan lainnya lengkap dengan 2 lazy bag. Musti gerak cepat, sunset gak bakal nunggu lama, lazy bag di taruh di air, model musti di foto secara bergantian dalam hitungan menit. Lalu ganti spot lagi, di perahu, ayunan dll. Cekrek… Sunset pun mulai hilang perlahan dan kami pamit balik ke kapal yang masih nyandar di Kota Bangun



























Di kapal makan malam sudah menunggu, ada yang mandi dulu, makan dulu, saya sempatkan untuk copy data ke laptop tamu dan job selesai. Tamu tidak akan meneruskan pulang dengan kapal, tapi kembali ke Tenggarong dengan menggunakan mobil. Jadi mereka nikmatin dululah suasana kapal untuk yang terakhir kalinya. Pukul 20.30 tamu pamit dan kami kembali ke Tenggarong. Rencana kru kapal ada yang mau karaoke, party gitu sepanjang jalan, eh, taunya cuman ngopi, ngobrol di teras belakang, dan satu persatu masuk ke kamar masing – masing, tidur, capek semua ternyata. Bisanya tu nah…



Day 3 (17 Agustus 2020)

                Menjelang pagi kami tiba di Tenggarong, antar barang – barang Tepian Pandan dulu lalu kapal kembali ke Pelabuhan Museum Mulawarman Tenggarong, The END

               

 

Comments